Selasa, 21 September 2010

Kota Tua Jakarta





Pagi- pagi teman ngoceh bangunin saya ....

" Ke Museum Kota Tua yuk "

Saya langsung membalikkan punggung dan memejamkan mata.

MALAS AH!

Ini Liburan Lebaran. Liburan sekali dalam setahun. Liburan Eksklusif buat saya ...

Super Panas + Ramai + Bising + Parkiran Ribet + Museum Compang Camping = Tidak terdengar eksklusif buat saya

Tapi akhirnya saya iyakan juga. Seorang kerabat teman datang dari Bandung. Dia belum pernah mengunjungi Kota Tua yang merupakan identitas dari Jakarta. Singkatnya : Saya Mengkhianati Ranjang dan selimut saya.

Pukul 11 siang saya berkendara motor kesana. Jalanan sepi - Tidak macet menuju ke Beos Kota. Gambaran Parkiran yang semerawut ternyata tidak saya temukan. Engkong- engkong petugas parkirnya cukup telaten dalam "me-manage". Di depan saya terhampar Lapangan luas dan banyak orang hilir mudik. Banyak betul yang jualan makanan disana.

Saya memicingkan mata saya. Lokasi ini ada yang berubah. Wajah- wajah museum dicat ulang - entah dari kapan. Pedagang- pedagang liarpun tertata lebih bersih dan rapi. Saya terkesima dengan petugas kebersihan yang " responsif " memungut sampah persis diwajah pembuang sampah sembarangan. Mantap!!. ( Harusnya kau malu non! )

Kota Tua masih menjadi pilihan " Sejuta Umat " yang hendak membuat foto pra- Wedding disana. Sepeda jadul juga berkeliaran dimana- mana. Ada satu tambahan yang mungkin anda sendiri belum tahu : Tepat dilapangan yang berbentuk persegi panjang, ditiap sudutnya terdapat Toilet yang dibuat rapi dan bersih dengan masing- masing petugas penjaga disana. Warnanya Biru stabilo. Dan ketika saya lewat disana, hidung saya disambut bau ........ KARBOL

Silahkan ngatain saya norak, tapi saya termasuk tipe orang yang antipati terhadap bagaimana cara Walikota Jakarta me- manage wajah Museum- Museum  Kota Tua. Dan terakhir kali saya mengunjungi Kota Tua adalah pada pertengahan September 2008 silam - dan belum ada si Toilet Biru, dan wangi karbol kali ini menyelamatkan mereka dari cacian dalam hati saya. :) Petugasnya diseragamkan pakaian Pramuka Lho ... suwer! ( Minus Topi )

Tak ayal lagi, Toilet biru norak plus petugasnya acap kali menjadi objek foto mereka yang membawa kamera. Termasuk Bule. Menarik perhatian soalnya ...

Ngomong- ngomong soal Bule ... ada satu lagi kejadian menarik. Ketika saya dan teman sedang menepi dibawah atap Museum, untuk makan ketoprak, ada Bule banyak, dan mereka jalan beriringan ( Persis bebek dan anaknya ). Mereka berbicara dalam bahasa asing gak jelas. Bukan bahasa Inggris. Yang paling belakang adalah Ibu- Ibu. Bajunya biasa aja, nyantai. Kulitnya mulai merah kena panas matahari. Sekonyong- konyong dia berhenti untuk melonggo isi panci tukang "Nasi Goreng Gila". Dia dipelototin balik, enggak cuma sama tukang jualan nasi gorengnya, tapi juga sama kita yang menepi disana dan seluruh "rombongan bebeknya".

Adegan dramatis selanjutnya, si tukang nasi goreng gila seketika mengambil sendok dan mengambil sesondok masakannya untuk si Ibu Bule tadi. Dua- duanya kagak ada yang bersuara. Hanya bahasa tubuh. Si Ibu tersenyum dan menerima sendok berisi nasi itu dengan tersenyum. Langsung ditenggak. Habis itu senyumnya tambah merekah. Si pedagang cuma geleng- geleng kepala sambil senyum juga dan lanjut genjot- genjot nasinya diatas panci panas. Si Ibu akhirnya mengambil foto adegan si tukang lagi masak dengan senyum. ( Plus sama sendok nasi yang belum dipulangin )

Dalam beberapa menit singkat, si Tukang Goreng berhasil menjadi " Duta Besar " bagi Jakarta - dan " Duta Besar " komunitasnya .... bagi saya. Sesendok nasi goreng gila di bayar dengan selembar foto manis yang pastinya akan tersebar di Facebook atau Twitter si Bule nanti :) .......... Impas Madame!! :)

BERSIH - TOILET HIGIENIS - TATANAN JAJANAN RAPI - PARKIRAN AMAN - MUSEUM CANTIK

Walikota mengerjakan " PR "nya ternyata.

KEEP DOING YOUR HOMEWORK ! WE ARE WATCHING !!

Ke Kota Tua ?

" Hayuk !, eh ... bawa kamera lo ya ..."  :)

Notes Tambahan: Seluruh Museum dikawasan Kota Tua tutup pada hari Senin selalu - sepanjang tahun!  Baik Itu Lebaran, Natal, maupun hari raya lainnya tetap dibuka - KECUALI HARI SENIN. Semoga Informasi ini bermanfaat.


Diving di Bunaken


Sudah hampir 2 tahun sejak terakhir kali saya menekuni hobby olahraga menyelam. Semoga saya bisa memiliki kesempatan menyelam di Pulau Bunaken yang termasyur bersama teman- teman. Tak ada yang lebih indah selain dari berbagi momen indah bersama.

Putuskan satu saja - Lalu keseluruhan mata rantai akan hancur berantakan

Ibu saya kembali merokok karena - Ia terpengaruh pada saya katanya - yang belajar merokok dari hasil mencuri rokoknya dilaci ketika SD

Kami jarang bermusyawarah karena tidak terbiasa musyawarah. Hentakan nada tinggi lebih efektif sayang ... Singkat - Jelas - Padat ......... ( lalu menyakitkan ) - ( lalu kau akan semakin keras kepala dilain kesempatan )

Membanting sesuatu hingga hancur berantakan merupakan tindakan efektif untuk menghentikan suatu pertengkaran panjang dan  melelahkan ( Bayar dengan jenis rasa sakit yang lain ) - fair ...

Tidak usah jelaskan sepatah katapun terhadap apa yang akan kau kerjakan - jika kau tak berani mendengar cibiran atau makian - Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan dan bertanggung jawab sendirian.

Barangsiapa yang berhasil membayar biaya rumah, mempunyai hak lebih - saya yang memegang kendali saat ini .....

Jika kau merasa sendirian, maka carilah tempat ramai - kau mungkin masih merasa sendirian - tapi keramaian akan mencegahmu melakukan hal yang bodoh - kecuali kau melakukan hal bodoh duluan - lalu kau merasa sendirian - dan tidak berhasil menemukan keramaian.

( Tidak Diberi Judul )

Malam ini saya sudah membulatkan tekat untuk meninggalkannya. Saya masih mencintai perempuan itu. Sungguh masih mencintainya. Tapi perlakuan dia padaku kali ini sudah cukup. Saya tidak terima kalau dihina dengan cara seperti ini.

Saya mengendap- ngendap mendekati kasur saya, tidak banyak barang yang tertinggal disana. Sejenak mataku memandang kearahnya yang tertidur pulas. Punggungnya balik menatapku dingin. Sumpah mati aku berusaha menahan diri agar tidak berjalan mendekatinya. Sudah berbulan- bulan sebenarnya saya enggan tidur disisinya, mengendus aroma tubuhnya, membiarkan dirinya merengkuh badanku hingga kita berdua terbuai dan tertidur nyenyak didalam selimut yang hangat. Tapi bodohnya kejantananku adalah terkadang aku kalah dibuatnya. Siapa yang mampu menolak daya magnet wanita? 
Apalagi wanita seperti dirimu......

Berulang- ulang kali aku dikalahkan oleh kejantananku sendiri, tapi tidak malam ini. Malam ini saya sudah membulatkan tekad. Malam ini aku akan meninggalkannya. Saya tak tahu apakah saya sanggup hidup tanpa dirinya. Entahlah. Tapi sekali lagi kukatakan padamu, tekadku sudah bulat. 
Saya berjalan mengendap- ngendap sekali lagi kali ini. Bukannya apa- apa. Tapi saya berniat keluar dari rumah itu tanpa harus memandang wajahnya. Tanpa harus terluka lebih dalam. Dan saya ikhlas keluar tanpa membawa apapun, meski itu juga berarti saya harus menahan dinginnya udara lembab malam setelah hujan, dan berjalan menyusuri kota ini hanya dengan telapak kakiku.

Tiba- tiba kudengar selimutnya bergesekan dengan kulitnya. Telingaku mendadak awas. Dan aku menoleh kebelakang, kearah ranjang. Matanya menatapku, dan aku hanya berdiri temanggu didepan pintu keluar.

“ Mau kemana kau malam- malam begini... “, tanyanya sambil memicingkan mata menatapku yang masih mematung.

Aku tidak menjawab meski aku mendengar apa yang ia tanyakan. Aku menatapnya lurus- lurus dan berusaha menguatkan hatiku sendiri. Sekarang ia menurunkan kakinya yang jenjang dan mulus kearah lantai tanpa alas kaki dan perlahan seakan ia akan menghampiriku.
Aku hanya punya dua pilihan. Tetap berdiri mematung disini, atau pergi dan lari dari sini. Lari sekencang- kencang aku mampu. Dan berdoa agar aku cukup kuat untuk tidak melihat ke belakang lagi. Sekilas memoriku berputar

Apa yang kaupikirkan ketika dengan beraninya kau bawa dia pulang kerumah ini?

Tepat didepanku

Dan sejak saat itu perhatianmu sudah berkurang, jauh berkurang untukku. Kumohon akuilah! Hentikan kepura- puraan diantara kita. 
Aku sadar betul aku sudah tua dan renta, dan aku ikhlaskan kau untuk mencari penggantiku, tapi setidaknya jangan sekarang. Tunggulah sebentar lagi, Tunggulah hingga akhir nafasku yang terakhir. Jangan kau hancurkan wibawa dan harga diriku persis didepannya
Tak bisakah kau mengerti hal sesederhana itu?

Dan kutatap langkahnya lurus- lurus. Aku mungkin sudah tua, tapi mataku masih awas untuk memperhatikan jenjang kakinya. Sejenak aku merinding terhadap apa nanti yang ia akan lakukan ketika badannya sudah dekat dengan badanku. Dan aku tahu persis letak kelemahanku yang satu ini. Kuperintahkan kakiku untuk lari cepat- cepat, tapi tak berhasil, aku tetap berdiri gentar.

Dan sesaat ketika tangannya merengkuh pundak dan leherku, saat itu jugalah aku menyerah kalah. Ini terlalu kuat untuk dilawan. Aku merasa dipecundangi tapi sekaligus merasa seolah- olah belaian tangannya telah diselimuti morfin untukku. Morfin untuk membuatku tetap jatuh cinta padanya persis seperti ketika kita berdua pertama kali bertemu.

Aku sudah tua. Mungkin renta. Ajalku sudah dekat. Mungkin juga tidak. Entahlah. Aku hanya ingin, untuk malam ini, sekali lagi, kubiarkan jiwa dan ragaku tidur bersama dirinya untuk semalam lagi. Kuhilangkan kecemburuanku. Kulupakan dosanya tidak membuatkan susu untukku selama lebih dari 60 hari. Dan seiring dia menggiringku ke ranjang dan menyelimuti aku,....akupun mulai terlelap dalam buainya, mulai haus akan aroma tubuhnya. Ia membaringkan aku pelan- pelan tepat disamping dirinya. Ia tersenyum seraya menutup matanya dan menyentuh lenganku. aah...untuk apa kupikirkan. Aku tidak yakin bagaimana caranya aku dapat menjelaskan ini pada engkau agar kau mengerti jalan pikiranku. Dunia ini terlalu rumit untuk kujelaskan dari satu sudut pandangku saja, dan lagipula, ...........

Lagipula aku hanyalah seekor kucing yang sangat beruntung memiliki dia......

Surat untuk Dean kecil - dari saya

Dean kecil merayakan ultahnya yang ke 7, saya lupa- lupa ingat apa yang saya pikirkan dahulu itu. Jaman saya dulu DUNKIN DONUTS baru masuk ke Jakarta (sekitar tahun 1990-an awal), tepat ketika saya ulang tahun, mereka promo besar- besaran kue ulang tahun yang disusun dari donat, harganya sekitar 25.000an yang ketika itu cukup mahal bagi keluarga saya. Ayah saya bekerja sebagai staff lapangan di PERTAMINA kala itu, sedang ibu saya sejak hijrah ke Jakarta membuka kios kecil- kecilan membuka warung jahit anak- anak sekolah atau ibu- ibu yang ingin membuat baju pesta disekitar rumah, singkatnya 25.000ribu untuk kue ulang tahun sama dengan PEMBOROSAN. Maklum, meskipun ayah saya sudah bekerja tetap, tapi kondisi keuangan kami saat itu belum stabil, dan kami baru saja menginjakkan kaki di Ibukota belum lama. Jadilah Dean kecil hanya bisa berandai- andai memiliki kue ulang tahun dari DUNKIN DONAT.

Kenapa DUNKIN DONUT? Well, dimata teman- teman sebaya saya dan yang sekelas dengan saya, membawa beberapa potong DUNKIN DONAT untuk makan siang disekolah cukup bergengsi ( dijamin anda akan dilirik tanda sirik saat bel sekolah tanda istirahat berbunyi ), dan saya membayangkan diri saya bangga melahap habis donat manis dengan butiran ceres berwarna- warni ( Donat jaman saya belum berevolusi seperti J.Co saat ini)

Tapi ayah ibu saya membuatkan kejutan buat saya, notabene dibeli di konter DUNKIN DONAT – Ibu saya malah memesan donat kecil dipasar, lalu ditusuk- tusuk dengan tusuk gigi dan dirangkai menjadi istana donat yang tinggi dan ceres yang berlapis- lapis ( seingat saya ceres DUNKIN DONAT saja kalah banyak ), tapi Dean kecil tidak mau. Saya maunya DUNKIN DONAT, dan harus dari counter DUNKIN DONAT!. Titik.

Istana donat buatan mama tetap saya lahap ( kurang dari sepotong ), lilin saya tiup (lilinnya merah dan hanya sebatang- itu pun bekas lilin saat mati lampu). Tidak afdol, gak asik. Dean kecil murung.

Itu belum seberapa, tololnya saya, saya keburu “besar mulut” mengajak kawan- kawan main kelereng saya untuk mampir kerumah dan melihat istana DUNKIN DONAT saya! Apa kata mereka kalau mereka melihat donat kelas pasar yang tusukan giginya nonggol kiri- kanan? Tapi mimpi buruk saya tidak kejadian- tepatnya malah BERTAMBAH BURUK! Sang Ibunda tercinta, berbohong kepada anak- anak tetangga yang sudah keburu datang saat mahgrib dan membawa bungkusan kado, bahwasanya ini bukan hari ulang tahun saya, katanya saya berbohong. Singkatnya kawan- kawan saya pulang sambil menggerutu dan saya batal mendapat bingkisan. Saya marah,atau tepatnya murka!! Dean kecil masuk kekamar sambil membanting pintu dan mulai menangis.

Entah kenapa setiap kali saya ulang tahun, hanya satu memori brengsek itu yang saya ingat. Kelak saat saya SMA, saya sempat menyinggung perihal ultah kiamat saya itu kepada Ibu sambil mencibir tingkahnya yang secara tidak sengaja sudah membuat saya malu bukan kepalang. 

Jawaban Ibunda dan ayahanda saya kemudian berhasil membuat saya menangis bak anak kecil dalam hati. Singkatnya begini :
1. Betul itu donat dari pasar
2. Harganya lebih dari 25.000 ribu karna ibu saya sengaja agar mendapat donat lebih banyak
3. Ibu saya menghalau kawan- kawan saya, semata- mata karena Ibu tidak ingin membagi donat seharga uang makan seminggu keluarga kami, hanya agar saya bisa makan puas sendirian sambil nonton ‘Mc’Gyver’ bersama diruang makan keluarga. ( Ibu saya tahu tabiat egois saya yang enggan membagi makanan favorit saya dan hanya mau dilahap sendirian sampai puas)

Ketir saya menyelinap dalam hati setelah mengetahui maksud Ibunda saya. Seandainya waktu bisa diputar ulang..............

Hari ini umur saya 26 tahun, tadi malam tak kurang dari 38 kerabat akrab datang menghadiri pesta ulang tahun yang tidak sengaja saya buat untuk diri saya (niatnya untuk komunitas HELPING) , saya (dan Susy Milano) mendapat 2 kue tart besar- besar yang sekarang harganya minimal 250.000! Ibunda saya duduk diujung sana, tidak satu meja dengan saya, karena memang saya keburu hanyut dalam kehebohan teman- teman saya yang lebay semua. Sejenak saya sempat melirik dia, dan teringat kejadian dahulu itu. Saat saya menyuap mulutnya dengan kue tart pemberian kawan- kawan saya ( yang dijamin mahal dan merek terkenal!!), saya berucap begini dalam hati “Maaf ya ma....”

Sayangnya ia tidak bisa mendengar isi hati saya......


Terima kasih buat semua yang hadir (dan membawa kue tart untuk Dean Kecil, Susy dan HELPING), atau yang tidak hadir tapi turut mendoakan saya, Susy Milano dan HELPING, saya sungguh bersyukur. Kosakata “syukur” dihati saya malam ini terasa hangat dan berbeda, entah kenapa saya pikir hanya diri saya sendiri yang mampu mengerti maknanya sungguh teramat dalam malam ini.

Jam 2:26 pagi tanggal 24 Juli 2010, 4 jam setelah perayaan ulang tahun saya. 


Kintamani


Saya sungguh ingin mengunjungi Kintamani. Tapi tidak hanya berkunjung sesaat atau beberapa hari, saya ingin setidaknya tinggal disana selama sebulan  penuh. 

Saya akan betah. 

Banyak yang bisa saya pelajari disana. Fotografi, kembali melukis, meditasi, kuliner atau sekedar hidup diam sesaat. 

Tanpa ekspetasi apa- apa.

Sejauh ini saya hanya bisa mempelajari Kintamani berdasarkan situs di website. Belum kesampaian. Sosial kulturnya yang kental dengan beragam corak seni dan budaya sungguh membuat saya jatuh cinta.

Semoga saya lekas kesana.

3 Tanggung Jawab Dasar Manusia Dewasa

yang pertama ia bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kemudian ia juga harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dan yang terakhir, tanggung jawab terhadap sesamanya .....




Jika ia lalai dalam satu saja klausal diatas, akan ada selalu hasrat yang labil yang akhirnya menodai aspek dimensi kehidupan lainnya - Sosiology

Saya turut mengambil bagian dalam terbentuknya komunitas HELPING PEDULI SOSIAL, tujuan komunitas ini dibentuk adalah untuk menyadarkan manusia- manusia kikir dengan sejuta alasannya enggan meringankan penderitaan sosial. Baik dengan dana, tenaga, maupun doa ....



Jadi komunitas saya sering membuat acara sosial seperti kunjungan ke panti, pembagian makanan 4 sehat 5 sempurna ke jalan- jalan, sampai penanaman hutan bakau. Semua itu bertujuan agar manusia- manusia yang kikir dan selalu beralasan tidak mau bertanggung jawab terhadap sesamanya bisa ikut turun langsung ke lapangan dan tergugah untuk melakukan sesuatu. Apapun itu, selama itu positif. Dengan cara mereka masing- masing.....

Dalam perjalanannya saya menjaga agar komunitas ini senantiasa tak bercorak ( Tidak berdasarkan kepada prinsip agama tertentu, paham tertentu, politik tertentu ), dan tentu saja, lebih sulit menahan hasrat ego pribadi daripada hasrat ego diluar diri anda sendiri. Itu kenyataannya. Saya menjaganya agar selalu senantiasa menempatkan kebutuhan manusia yang paling hakiki. dan itu tidak terbelenggu terhadap satu hal saja.

Tapi didalam pandangan pribadi saya, saya sungguh tidak keberatan apabila suatu saat bendera Helping musnah, dikarenakan hal- hal yang bersifat urgent dan demi kebaikan bersama - bukan segelintir orang saja. Saya lebih menekankan semangat membantu bersama ( juga bernama Helping dalam arti harafiah Bahasa Inggris ) didalam sanubari kita masing- masing daripada hanya berdasarkan atas asas sebuah Logo atau sebuah nama. Meskipun itu Logo saya sendiri, saya ikhlas. Hidup hanya sekali dan saya sudah berkomit untuk menyebarkan message ini seluas yang saya mampu. Saya sungguh percaya, apabila semua bersama- sama meringankan beban penderitaan, dan dimulai dari sekitar lingkungan masing- masing individu maka rasanya bukan perihal mustahil ini dapat dikerjakan. Tak usah menunggu Tsunami, atau Gempa dahsyat agar anda mau dengan sadar dan ikhlas memasukkan kartu ke dalam ATM dan mentransfernya ke nomor yang anda catat dari televisi.

Lakukan secara berkesinambungan, dengan media uang, ataupun dengan media lainnya. Bebaskan kreatifitas anda dalam membantu sesama. "Membantu" tidak selalu sama dengan " Uang ", lalu hal tersebut akan datang dengan sendirinya, sesuatu yang disebut- sebut sebagai ' Tuhan ikut membantu .....", dan pada akhirnya anda akan melihat, hidup anda akan lebih berkualitas dan tentram dihati.

Memang demikian adanya, setidaknya itu yang saya alami.

Saya selalu teringat pesan Ibunda Theresa yang telah ditranslate kedalam banyak bahasa.


Berikan kepada mereka apa yang mampu anda berikan, bukan berdasarkan apa yang ingin anda berikan kepada mereka ....


Dan saya akan mengingat pesan tersebut seumur hidup saya......