Senin, 27 Desember 2010

Berlibur di Pulau Tidung


Dean on Tidung Island

Tanggal 24 Desember 2010, kami bertolak ke Pulau Tidung - Kepulauan Seribu. Jaraknya kurang lebih 2 jam dari bibir Jakarta. Kami berangkat dari Muara Angke - Jakarta Utara menggunakan alat transportasi umum kapal nelayan. Harga per satu orangnya adalah Rp. 33.000. Berdasarkan pengalaman saya beberapa tahun belakangan, kapal selalu tepat waktu bertolak pada pukul 7.00 pagi. Hari itu hampir saja menjadi hari yang naas bagi kami, seorang teman lama mandinya sehingga kami baru berhasil mencapai dermaga pada pukul 6.15 pagi. Kala itu sebuah kapal sudah penuh dan sedang berlayar meninggalkan dermaga persis didepan mata kami, sedangkan satu kapal lainnya sudah penuh. Tak ada waktu untuk kompromi dan diskusi, kami sekonyong- konyong naik ke kapal yang penuh dan mengambil tempat manapun yang aman untuk diduduki.

Lama perjalanan 2 jam menuju Pulau tujuan, tiada yang cukup berarti disini yang bisa saya ceritakan selain ombak yang kalem dan laut yang sangat bersahabat.

Sesampainya di Tidung, kami menunggu Pak Haji sang pemilik Losmen yang berhasil kami temukan melalui lembar Facebook. Kami tiba pada pukul 9.05 menit. Losmen miliknya yang paling murah dan terbuka untuk negosiasi harga. Harga yang ditawarkan via Facebook adalah Rp. 500.000 untuk semalam, dimensi yang ditawarkan adalah 3 ruang berukuran sedang untuk kamar, 3 buah kasur bersih yang muat antara 6 - 9 orang, 1 buah dapur, 1 buah kamar mandi, dan 1 buah beranda asri bernaung tumbuhan tropis untuk kami bersantai lengkap dengan bale- bale nya. Kami berhasil benegosiasi dengan harga yang menurut kami cukup pantas dan relatif murah = Rp. 650.000 berlaku untuk 3 hari dan 2 malam. Semenjak itu, kita deklarasikan " We love pak Haji ... "


Ini ruang yang saya tempati, ranjangnya bersih plus kipas angin

Setelah menghilangkan efek obat Antimo selama kurang lebih setengah jam, teman- teman saya ribut mencari makanan, sedangkan saya melarikan diri sejenak untuk merokok ( saya satu- satunya yang perokok ), dan mencoba mengenali lingkungan sekitar. Hasilnya lumayan, saya menemukan bahwa tepat dibelakang losmen kami, pemandangannya langsung kearah pantai. Sayangnya beberapa sampah ada dalam penglihatan, dan saya mencoba mengambil angle terbaik untuk kenang- kenangan.


Pemandangan di belakang Losmen milik Pak Haji

Setelah menjepret beberapa kali, saya lekas kembali ke Losmen. Disana rupanya sedang dilakukan " tender " kecil- kecilan, kami berusaha nego dengan catering yang mendatangi pintu losmen kami. Harga yang ditawarkan adalah Rp. 15.000 untuk satu orang dengan lauk lengkap, kami meminta jatah seorang cukup seharga Rp. 10.000. Tender berakhir beberapa menit kemudian. Makanan yang tersaji didepan kami sucks! alias tidak enak.

Jam baru menunjukkan pukul 10 lewat seperempat ketika kami semua selesai makan. Sang rekan yang hampir saja membuat kami semua ketinggalan kapal karena lama mandi ( ia laki- laki ), memutuskan untuk mandi ( lagi ! ), mendengar permintaannya, saya lekas menggenggam camera pocket dan meninggalkan Losmen untuk berfoto ria. Terserah, brother ! - you are free to enjoy your holiday in yourstyle and i really appreciated it !

Kami mencoba mencari tempat penyewaan sepeda, dan tidak sulit menemukannya, soalnya tersebar dimana- mana! hehehe ... Harganya dari tahun kemarin masih sama = Rp. 15.000, tapi Tuhan berbaik hati kepada kami, meskipun harganya tidak bisa dinegosiasikan, tapi sang pemilik sepeda setuju untuk menyewakannya kepada kami seharga Rp. 15.000 seorang untuk satu setengah hari! Horee ....


Milihnya hati- hati, terutama bagi kaum laki- laki, salah pilih pedal sepeda bisa membuat buah zakar anda sakit bukan main tiap kali mengoes !

Setelah masing- masing menemukan sepeda, kami bertolak menuju ujungnya pulau Tidung, jaraknya 20 menit, itu juga ditempuh dengan sepeda. Jangan tanya saya lama jaraknya jika ditempuh dengan jalan kaki! Ogah! Jauh soalnya ....

Disepanjang perjalanan yang lurus dan tak berbelok, hanya ada hamparan pasir dan laut, dan lagi- lagi saya menemukan spot yang berisi sampah. Tapi jujur, saya sungguh menikmati perjalanan menuju ujung pulau meski tanpa pembicaraan selama kami menuju kesana. Semuanya terpesona dengan keelokan pantai dan warna lautnya saya kira ....


Turis yang sedang berkayak seorang diri di laut luas

Sesampainya diujung pulau, saya tambah " kampungan ", soalnya saya kagum sama keindahannya. Pantainya sih kagak sepi, alias rame, tapi karena tempatnya super luas dan plong, maka fine- fine aja buat saya. Ada yang bermain kayak di laut dengan perahu sewaan, ada yang carter banana boat, ada yang makan di pinggir pantai, macem- macem deh ... tapi mayoritas pastinya sibuk menjadi banci foto. Sekonyong- konyong salah seorang teman wanita punya ide gila, dia kepengen lompat dari atas Jembatan Cinta yang terkenal dan Legendaris itu. Jembatannya super panjang dan tingginya sekitar 4 - 5 meter, dibawahnya aman, laut yang cukup dalam tanpa karang. 


Eksekusi asyik yang pastinya butuh nyali dan pengetahuan biar gak cedera.

Setelah asyik menguji nyali, kita semua makan indomie dibibir pantai dan berfoto sepuas- puasnya. Tak ada lagi yang melompat selain teman wanita saya. Saya berniat melompat keesokan harinya setelah efek obat antimo lenyap dari peredaran tubuh deh!

Sore- sore kami kembali ke Losmen sebentar untuk mengambil snack, perlengkapan pancing dan baterai kamera. Ketara banget kita gak mau rugi buang- buang waktu. Asal tahu saja, saya tipikal yang benci diatur- atur kalau lagi liburan. Saya maunya seenak jidat dengan kapan saya tidur, kapan saya makan, dan kapan saya pulang. Tapi kali ini, kita semua sepakat tanpa sepatah katapun diantara kami. FOTO ADALAH PRIORITAS NOMOR SATU ... hehehehe

Beberapa rekan memutuskan untuk mulai memancing, saya sih ogah, soalnya ini peraturan agama saya. Jadi saya putuskan memotret pemandangan matahari tenggelam bersama rekan lainnya yang tidak memancing juga ...
Ini pemandangan matahari tenggelam didepan tempat kami bersantap Indomie rebus

Saya mencoba memfoto seorang rekan saya yang baru pertama kali berpelesir di Pulau Tidung

Saya berhasil mengambil momen seorang nelayan yang sedang menyiapkan jalanya untuk menangkap ikan malam nanti.

Beberapa  menit kemudian, langit mulai beranjak gelap, hanya ada beberapa lampu penerangan disekitar kami, tapi saya dan kawan- kawan saya juga tak berniat kembali ke losmen. Jadi tinggallah kami di areal Jembatan Cinta, saya memotret puluhan lembar foto Jembatan Cinta yang pertama kali saya lihat lewat facebook teman- teman saya yang duluan datang kemari. Akhirnya saya putuskan mendelete semua hasil jepretan saya. Soalnya malu, camera saya pas- pas an, itu juga bukan milik saya, dan pastinya anda sudah sering kan lihat panorama di Jambatan Cinta? Jadi saya ingin mengambil foto Jembatan Cinta di sisi paling gelapnya. Siapa bilang cinta melulu indah dan terang sentosa ?


Inilah foto yang berhasil saya jepret dari jembatan yang sama persis dengan jembatan tempat rekan saya melompat sore tadi. Sang Jembatan Cinta.

Kami kembali ke Losmen ketika saya kehabisan baterai dan rekan saya yang memancing menyerah karena tak berhasil mendapat tangkapan. Hari ini baru satu hari kami di Pulau Tidung, tapi jujur, saya puas!



Pada pagi keesokan harinya, tanpa cuci muka dan gosok gigi, apalagi mandi, saya bergegas menuju kembali ke Jembatan Cinta, saya ingin mengambil foto matahari yang terbit persis didepan Jembatan, tapi saya terlambat!, jam sudah menunjukkan pukul 6.15 pagi ketika saya naik dipedal sepeda sialan saya ( Biji saya masih sakit, gara- gara salah milih sepeda! )

Jam menunjukkan 6.35 ketika saya dan dua orang rekan wanita sampai dilokasi. Dan ternyata oh ternyata, its a perfect time! kalau kepagian, cahayanya tidak akan cukup untuk menangkap momen ini, dan kalau kesiangan, oh! tempat ini akan disemuti turis. ini aja udah mulai ramai!


Foto sempurna matahari terbit at the perfect time and perfect spot

Jam 7.15 kami mulai bosan, kami bergegas kembali ke losmen, soalnya sudah janji sama pemilik kapal sewaan untuk mengantarkan kita ke beberapa pulau disekitar Tidung. Pulau tujuan kami hari ini adalah Pulau Air, Pulau Beras dan Pulau Tidung Kecil Utara. Tak satupun dari nama pulau diatas pernah saya kunjungi. Jadi expect the unexpected. Harga sewa kapalnya tidak dihitung perorang kali ini, tapi per satu kapal selama setengah hari. Harga yang berhasil kami dapatkan adalah Rp. 350.000 lengkap dengan peralatan snorkling untuk 6 orang dan 2 guide awak kapal kami. Saya kaget ketika seorang teman di Jakarta mengabarkan harga yang kita dapatkan super murah, apalagi saat liburan natal seperti ini, ketika teman saya itu datang berkunjung dan menyewa kapal, harga yang mereka dapatkan adalah Rp. 800.000 !!, Jauh amat ya??, saya anggap kali ini kami beruntung lagi.



Foto iseng kaki saya sendiri ketika dalam perjalanan ke Pulau Air

Menuju ke Pulau Air adalah tujuan utama kami, kami akan diajak ke tengah laut sekitar Pulau Air untuk bersnorkling disana. Disana kami dibekali roti aneka rasa, bukan buat kita, tapi buat feeding ikan .... emangnya ikan mau? Bukan mau, tepatnya DOYAN !! hehehe, ... roti rasa mocca, coklat dan keju habis dilalap ikan hias berwarna- warni tepat didepan kaca mata alat snorkel saya .....

Sayang saya tak bisa mengupload fotonya sekarang, karena fotonya harus khusus menggunakan kamera underwater milik temen saya. Filmnya harus diproses terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam cd.


Snorklingnya persis ditengah laut, Karang dan ikannya bagus serta warna- warni !!
( Plus doyan makan roti, ingat itu !! )

Selesai bersnorkling di satu spot ini, kami putuskan untuk mencari spot lain untuk snorkling lagi. Kami diajak ke Pulau Beras, untuk dapat menuju kesana, kami harus menempuh setengah jam perjalanan lagi melalui jalur teluk Pulau Air. Pemandangan di celah teluk air IS AMAZING. Mirip kayak di film Hollywood dan Discovery Channel ! Saya sampai kesurupan mengkomando semua teman- teman saya untuk lekas berfoto disini. Dan kami berhasil menjepret ratusan lembar foto yang bagus disini, yang tak mungkin saya upload semua ...


Breathtaking pictures isn't it ? perhatikan warna airnya, ini tidak saya edit lho !
Pulau Air - dengan ini menjadi favorite spot kita semua ...

Perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Beras, tempatnya sih bagus, tak berpenghuni pula, sayang sekali baterai kamera habis. Saya harus puas berfoto dengan kamera Blackberry teman, tak apa- apalah, daripada enggak ada. Disini kami sempat bersnorkling lagi dan kesurupan berfoto seperti biasanya ....

Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau tidung Kecil sebelah Utara, sebenarnya sih letak pulau ini bisa lho ditempuh dengan berjalan kaki saja, soalnya letaknya disebelah Tidung tempat kami menginap. Nah, kedua buah pulau ini ( Tidung tempat kami menginap dan Tidung Utara Kecil, dihubungkan oleh Sang Jembatan Cinta, begitu lhoo ... ). Kami urung bersnorkling di Tidung kecil, selain capai luar biasa, ombak juga mulai bergulung- gulung. Jadi kami putuskan pulang. Saya sempat besar mulut pas nego pertama kali dengan bapak pemilik kapal : " Setengah hari keliling 3 pulau ?? mana cukup waktunya pak ?? enggak puas laaah ... ", dan sekarang saya mengerti, kami baru bermain air di laut lepas selama 5 jam, itu juga cuman 2 pulau, dan energi kami sudah terkuras habis! Ohlala !!

Dalam perjalanan pulang, sang pemilik kapal, yang bernama Pak Dayat, mencoba meyakinkan kami bahwa kami harus mencoba makan ikan ekor kuning ( ini namanya : ikan ekor kuning ). Makannya boleh di masak apa saja. Jujur saya sempet parno ketika teman saya yang lain dan yang enggak ikut kali ini, sempet up date status di FB, mereka marah- marah  pas complain makanan di Tidung enggak enak. Jadi saya rada skeptis. Setelah melihat wujud ikan ekor kuning, saya langsung berselera lagi, soalnya inilah ikan yang kerap menjadi makanan favorit keluarga saya jika bertandang ke restoran " Nelayan ", di kawasan Lodan Ancol - Jakarta Utara. Kalau di Restoran " Nelayan " harga ikan jenis ini tinggi, harganya murah bok di Pulau, cuman Rp. 30.000 untuk 3 Kg dan itu cukup untuk 8 orang dewasa makan! Atas saran rekan saya yang petualang juga, ikan jenis ini diminta untuk dimasak dengan bumbu kuning khas lokal.

Tak urung lagi sesampainya kami dipulau utama, kami bergegas mandi dan tertidur pulas karena kecapaian. Malam nanti kami sudah janji dengan pak Dayat untuk BBQ bersama persis dipinggir pantai sambil menyantap ikan ekor kuning bersama.

Menyalakan Api Unggun adalah kewajiban untuk BBQ bersama Dean !

Sang ikan ekor kuning yang saya jelaskan

Tanpa panjang lebar, begitu ikan ini dibakar, wanginya mulai tercium kemana- mana. Beberapa "tetangga" kami yang kebetulan membakar ikan tongkol cuman bisa melonggos mencium wangi harum semerbak dan rangkaian pujian yang keluar dari bibir kami dengan bunyi lumayan keras ( maklum kelaparan, dan mayoritas kami berasal dari Medan yang bersuara lantang kalo ngomong ).

Enough! Good Play - Good Spot - Good Food and now Good Sleep ..............

Besok masih ada 1 hari di Pulau, dan seperti biasanya, i expect the unexpected !!







Sabtu, 04 Desember 2010

Dean VS Dean ( Dean CS Dean )

Sekian tahun berdamai dengan diri saya sendiri, saya senang mengetahui ternyata dia masih ada didalam sini. 

Tidak dalam persembunyian.

Dia duduk manis menunggu gilirannya keluar dan bermain. 

Kita sudah tak lagi berselisih paham. 

Kita sudah berdamai, atau lebih tepatnya sudah bersepakat. 

Dia tidak saya usir kok, dan saya senang dengan keputusan tidak membunuhnya.

Saya ijinkan ia keluar bermain sejenak kadang- kadang.

Well, kadang saya dikomplain terlalu sering mengajaknya bermain- main.

Semua orang ingin didengar, siapa yang tidak? masalahnya menurut saya sedikit sekali ada orang yang mau mendengar mengenai DIRINYA SENDIRI oleh DIRINYA SENDIRI melalui tanda- tanda atau gelagat yang jelas- jelas dinyatakan sebagai tanda warning bagi DIRINYA SENDIRI.

Dengan bangga - sombong - dan tidak tahu diri, saya berani menyatakan bahwa saya ahli mendengarkan diri saya sendiri. Carilah di Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksara apa yang mewakili makna yang saya diketik diatas. Tidak ada! anda tidak akan menemukannya, paling, yang paling mendekati ya kata ' Ego ' atau ' Egois ' terserah pilih saja salah satu, atau semua, atau tidak kedua- duanya, i really don't care.

" Kenali diri anda sendiri sebelum berusaha mengenali orang lain." Kalimat mutiara yang bagus ya? tapi sang bajingan pencetus kalimat indah diatas lupa nambahin prosedur step by step caranya. Hello ?? 

Saya cukup mengenali diri saya sendiri bahwasanya saya tidak akan pernah bisa mengidentifikasi seluruh bagian dari siapa saya sebenarnya. Percuma. ( atau mungkin saya - nya yang over tolol )

Dean bukan seorang Pembunuh.

( Yakin?, saya tak ragu mengambil nyawa seseorang jikalau nyawa itu hendak mengambil nyawa saya secara tidak jujur apalagi secara tidak adil, atau saya tidak akan berfikir ribuan kali seperti kata orang - ketika orang yang saya kasihi dan hormati nyawanya sedang terancam dari nyawa yang lain )

Ayolah jujur, siapa yang tidak punya sisi gelap demikian?

Saya tidak yakin Dean bagian yang mana yang sedang mengetik bait- bait ini, i just go with the flow.

Tapi saya tidak melukis- lukis skenario diatas. Saya pernah diposisi demikian, dan ternyata saya tidak kaget dengan keputusan yang saya buat, meskipun saya dan saya yang lain baru pertama kali bertemu kala itu.

Kami tidak berjabat tangan

Tidak juga saling mengacuhkan.

Selama perjalanan waktu, kami berdua sibuk menjalin sekutu dengan personel lain.

Kadang dia berhasil bekerjasama dengan kepalan tangan dan kaki.

Tapi tak jarang pula saya berhasil berkompromi dengan mulut dan telinga.

Pernah suatu ketika dia mengklaim seluruh sang Panca adalah sekutunya, well, kala itu saya benar- benar dalam masalah. Tapi pukulan telak dari lawan berhasil membuatnya pingsan dan saya berhasil takeover kembali. See ...?

Tapi seperti yang saya katakan seperti diatas, it was a long time ago. We quited arguing and quited fighting. Sebuah pesan singkat yang diantarkan secara mendadak dan tanpa nama, menyatakan kita berdua di hired dalam kontrak dalam kurun waktu tertentu sampai habis masa kontraknya ( tanggalnya tidak tertera ), dibagian bawah messagenya tertulis notes : " Need both of you " 

Well, saya tidak sepenuhnya luluh kala itu, tapi dalam beberapa kasus, si bajingan berhasil membawa saya keluar dari masalah, dan di kali lain, saya juga berhasil mencegahnya dari sebuah permasalahan. Jadi impas.

Terkadang ketika si bajingan diolok- olok atau dicibir, saya mampir ke kursinya tempat dia duduk dan mengajaknya bermain untuk mengalihkan perhatiannya. Tapi lebih seringnya, disaat saya kurang siaga, dia berdiri dari tempatnya duduk dan mulai menjadi diri dia seperti apa adanya. Saya hanya bisa menutup mulut rapat- rapat dan mencoba tidak melihat. Tiada jalan lain. Percuma juga berargumen dengan dirinya. ( Dia paling mahir dalam berargumen ), tapi tentu saja kejadian ini sering saya laporkan kepada si Bos. Bukannya bawel, tapi saya tak mau disalahkan apalagi disuruh bertanggung jawab akan sesuatu yang bukan seratus persen salah saya. 









Kamis, 25 November 2010

Ijinkan saya untuk rehat sejenak

Sampai di pertengahan Desember 2010, tidak banyak yang bisa saya lakukan selain berkonsentrasi penuh pada tugas- tugas akhir dan mempersiapkan kelulusan UAS para murid- muridku tersayang. 

Jadi I will see you on half of December then .... :D

Dean Lugisto


Rabu, 06 Oktober 2010

Mengenang Joss - My Kitty Boy




Namanya Joss. Berasal dari keluarga kerabat Felix. Ras nya mirip British Short hair. Tepat hari ini saya mengenang 2 tahun sejak kematiannya yang tragis. Dia memang hanya seekor kucing, dan menangisi kematian kucing kampung tak lazim dalam society saya, tapi dari dulu juga saya tak pernah peduli cibiran orang mengenai saya yang over sayang sama Joss.

Joss spesial. Joss Unik. Loyalitasnya bahkan melebihi si Logan – jagoan Anggora Putih saya sekarang. Selain urusan penampilan, sesungguhnya sifat karakter Joss dan saya hampir sama, tapi saya akui Joss jauh lebih sopan daripada tuannya. Joss setia menemani saya dalam 3 kali saya pindah rumah. Teluk Gong – Taman Palem dan terakhir Taman Ratu. Keadaan ekonomi saya sungguh sulit beberapa tahun yang lalu dan mengharuskan saya berpindah dari kontrakan yang satu ke kontrakan yang lain. Dan Joss tidak pernah menikmati makanan mewah ala kucing peliharaan, apalagi fasilitas antar jemput dokter hewan pribadi seperti Logan dan Manohara sekarang ini. Joss harus makan apa saja, tulang lele, nasi ikan asin, sampah tetangga, dan kalau kami berdua cukup beruntung, dia bisa makan Pizza Hut, Mc’donald atau KFC. Dan bila ia terluka karena berkelahi sesama kucing jantan, lukanya hanya saya bersihkan dengan air garam atau Betadine. ( Kalau sekarang saya lebih suka Dokter Betty atau Dokter Perdana datang langsung kerumah saya seusai praktek! )

Saya belajar “ Cara Menyambut Orang Yang Di Kasihi Sepulang Kerja “, dari Joss kucing saya. Saya bekerja di Cafe dari jam 5.00 sore sampai jam 1.00 dini hari. Jadi waktu saya memberi ia makan dan bermain adalah di tengah malam. Dan Joss hafal betul jam kepulangan saya, atau jika dia lupa waktu karena terlalu asyik nongkrong sama kawan- kawannya, bunyi knalpot butut ayah saya yang saya kendarai akan mengingatkannya. 

Play Time !!

Lalu dari kejauhan ia akan lari terbirit- birit sambil mengeong ke arah saya ( gaya larinya mirip kancil di film Bambi – setengah jejingkrakan ). Setiap hari, tanpa lalai, setahun penuh! Dan melihat peringainya semua beban lelah saya mendadak hilang. Alih- alih bergegas mandi lalu tidur, saya lebih suka merokok dulu sambil setel MTV dan memainkan tali sepatu saya demi Joss. Pagi hari biasanya saya habiskan dengan tidur dan siang hari saya habiskan untuk berenang atau nge – Gym di fitness centre dekat rumah. Dan Joss selalu membuntuti. Kesetiaannya sih tak sampai kayak Hachiko yang termasyur itu. Komitmen Joss kepada saya goyah ketika tiba musim kawin kucing atau ketika ia tak sengaja berpapasan dengan kucing betina ( Joss sukanya yang berwarna gelap ), dimata saya kucing betina pilihan Joss selalu saja mirip Maria Mercedes, jadi tak pernah saya ridhoi ... dan layaknya kucing jantan, mereka suka berpacaran sembunyi- sembunyi ... tanpa sepengetahuan saya.

Hal dramatis sebelum kematiannya adalah ketika saya bertolak pulang ke Medan untuk sebuah urusan keluarga. Ibu saya menelepon Hape saya setiap hari hanya untuk mengabarkan Joss yang sibuk mengeong keras dan mogok makan. Saya pikir itu hal biasa – Musim kawin, tapi jawabannya ternyata terletak di seminggu kemudian. Tepat ketika saya sampai kembali ke Jakarta dan Taksi berada didepan pintu pagar rumah, saya sudah mendengar erangan keras Joss. Ibu membukakan pintu, mereka berdua keluar menyambut kepulangan saya. Tak sempat ibu saya bertanya hal- hal seputar berita di Medan, Joss duluan sudah mencoba ‘ memberitahu ‘ saya sesuatu. Saya menjadi aneh, suara erangannya berbeda dari yang pernah saya kenal selama ini. Joss pun membuntuti saya kemanapun. Pelan- pelan saya berusaha menyuapnya dengan susu hangat yang saya panaskan sembari memintanya untuk makan. Dan ia turuti. Dia makan. Tepat di hadapan Ibu saya, ayah saya dan seorang kerabat saya. Ia makan. Tapi setiap kali saya beranjak dari sisinya, ia akan berhenti makan dan mengikuti saya kembali. Jadi malam itu saya menghabiskan tengah malam menceritakan kabar famili di Medan kepada orang tua saya sembari menyuapi Joss makan. Seingat saya hari itu menjelang pukul 4.00 pagi dan ketika akhirnya ayah dan ibu saya kembali tidur meninggalkan saya yang masih merokok dan Joss yang mulai tertidur disamping saya. Pelan- pelan saya beranjak bersih- bersih dan mulai tidur dikamar saya. Itulah kali terakhir saya melihat Joss.

Keesokannya saya yang masih tidur pulas dihebohkan dengan telepon langsung dari Medan. Pesawat yang saya tumpangi dari pukul 10.00 malam dari Polonia menuju Jakarta ketika sampai di Medan dan mengangkut penumpang kembali mengalami kecelakaan. Mereka sekedar menelepon, takutnya pesawat saya delay dan saya terbang keesokan harinya dan berada di pesawat terbang yang mereka tonton.  Hari itu saya dan keluarga menghabiskan hari dengan menonton televisi berupa tayangan kecelakaan dimaksud. Saya anggap itu kebetulan saja, toh nomor pesawat dan penerbangan saya sendiripun saya lupa, sedangkan stiker bagasi sudah saya copot dari taksi. Jadi tak pernah terpikir di otak saya bahwa saya yang seharusnya berada di pesawat itu. Keluarga saya di Medan sekedar perhatian, was- was dan sedikit berlebihan.

Siangnya saya larut dalam bekerja dan lupa akan Joss yang aneh. Yang jelas ketika saya menelepon kerumah dan bertanya pada ibu saya mengenai Joss, beliau menjawab dengan tidak melihatnya seharian. Begitu juga ketika saya pulang. Saya sudah mencoba mencarinya dengan keliling komplek dan tidak berhasil menemukannya. Padahal saya masih kangen.

Beberapa hari setelahnya, seorang penjaga warung rokok langganan saya mengetok pagar pintu rumah saya dan menginformasikan bahwa ia menemukan Joss tergeletak dijalan, tewas tertabrak. Kepalanya remuk terlindas. Antara percaya tidak percaya. Sang abang mengatakan mengubur Joss dengan selembar kain di depan halaman saya agar tidak kembali gepeng dilindas mobil yang melintas. Orangtua saya melarang saya untuk menggali kembali kuburan Joss, saya hanya ingin memastikan. Niatan itu saya urungkan sembari berharap yang terbaik bagi Joss. Saya bahkan lupa mengucapkan terima kasih kepada si abang yang baik hati. Saya mengunci diri saya didalam kamar berhari- hari, tidak menangis sih, sedih pun tidak. Tak ada rasa apa- apa. Hanya tidak mood makan dan bekerja.

Saya penasaran benarkah Joss yang dikubur didepan rumah saya?

Berbulan- bulan akhirnya berlalu hingga akhirnya seorang kawan dekat datang berkunjung kerumah sambil bertanya tentang Joss. Mendadak tangis saya pecah – tanpa malu- malu. Hari itulah saya pertama kali menangisi kematian Joss sambil sesegukan bak anak kecil, dan malam itu seingat saya, saya berlutut sambil berdoa untuk Joss dan mengikhlaskannya untuk pertama kalinya. Ketika kawan saya itu mengatakan “ Saya yakin Joss sudah bahagia disana “, saat itulah tangis saya makin menjadi- jadi bukannya malah jadi tenang. Akhirnya teman saya memutuskan mengajak saya keluar mencari makan, sembari mencari angin segar dari kamar yang pengap. Konyol memang.

Saya rasa label predikat Joss yang kucing kampung dan kerap kali disebut sebagai ‘ hanya kucing kampung ‘ oleh bibir orang- orang di lingkungan sekitar saya berhasil memblok otak saya dari bereaksi sewajarnya ketika saya tahu dia tewas pertama kali. Sekarang saya sadar, tidaklah wajar untuk tidak menangis ketika kau tahu hewan peliharaan kesayanganmu tewas tertabrak. Hati dan Pikiran saya masih bentrok. Makanya saya butuh berbulan- bulan sebelum akhirnya berhasil konek dengan perasaan kangen dan kehilangan yang datang bersamaan, lalu pertahanan saya runtuh berantakan. Dan akhirnya menangis.

Menangis kangen karena  tak mungkin bertemu kembali memangnya salah ?

Hari ini saya sudah cukup dewasa untuk dapat jujur mengakui didalam hati secara sadar, bahwa aku kehilangan Joss. Dan dia bukan sekedar kucing kampung biasa, dia sahabat saya. Dia mengajarkan saya banyak hal kok. Anda mungkin saja tidak mengerti. Tapi saya maklum dengan itu. Lagipula tulisan ini saya buat hanya agar saya lekas lelah dan tertidur.

Sembari mengucapkan selamat pagi sama Joss.

Langit sebentar lagi terang sayang ... J

And Dean miss you kitty boy ...


Selasa, 28 September 2010

Wayang Orang - Lakon " Rama Parasu "

Malam Minggu, Tanggal 18/09/2010



Saya menghabiskan malam minggu menonton Pagelaran Seni Wayang Orang,dengan lakon " Sang Rama Parasu ", di Gedung kesenian Jakarta. Gak tanggung- tanggung, saya di buat takjub selama lebih dari 4 jam duduk manis di kursi yang nyaman dan suhu AC yang bersahabat.

Kalau anda kenal pribadi saya yang urak- urakan dan kadang suka seenaknya, pasti sulit membayangkan saya memakai kemeja Batik sopan dan pantofel, lalu " Mengajukan Diri " menonton jenis seni yang selama ini kita hanya " Tau Doang ", Tapi emoh kalau disuruh nonton. ( Sebelumnya tidak tergambar dibenak saya, kalau Pertunjukan seni macam seperti ini memakan waktu pertunjukan diatas 4 jam dan harga tiketnya beberapa kali lipat dari nonton di Bioskop Reguler ) There you go ! ....

Seorang kerabat teman mendapatkan sebuah peran disana, gak tanggung- tanggung, beliau mendapat role - Dewa Khayangan ... Jadi saya dan seorang teman, bela- belain hadir. Beliau dikenal sebagai Perancang busana ternama, dan taste of art -nya ... well sebut saja " Diatas rata- rata" ( Meskipun saya sadar, - Seni sesungguhnya tidak punya Border )

Sesampainya di Gedung Kesenian, kami dipersilahkan nenggok dapur para pemeran yang lagi sibuk dimake up dan memakai kostum.

WOW ...

Sebagai anak haram Sastra Indonesia, sulit bagi saya mendeskripsikan keadaan riil ketika saya berada di backstage. Bayangkan saja kira- kira mirip persiapan Moulin Rouge nya Hollywood. Makeupnya mirip Wayang topeng Cina di mata saya, meskipun ya -  masing- masing seni jelas berbeda. MakeUp heboh dan kostum fantastis. Semua Pemeran Total !! ( Ya eyalah ... ini seni panggung gitu lho ... emangnya Sinetrooon ... ) ;p

Singkat saja, apa yang membuat saya betah nunggu 4 jam menonton seni yang pakaiBahasa Jawa Tulen, terus gerak gerik yang serba slow motion, dan Plot yang relatif lambat ?



Gini yah, Sang Penulis Naskah dan Sutradara bukan orang sembarangan. Beliau dikenal sebagai Maestro dibidangnya : Aries Mukadi. Jangan tanya saya CV nya ya, karena saya memang masih perawan disoal beginian, tapi bagi mereka pelaku seni, terutama seni Pagelaran Wayang Orang, beliau disebut sebagai Seorang Maestro

Pengiring musiknya ada selusin, lengkap dengan alat musik serba tradisional. Sindennya ada dua orang dengan teknik vokal, well kalau saya bilang mirip Celine Dion entar dikatain lebay ... ya pokoknya diatas rata- rata lah. Sound Systemnya dipikirin banget, jadi kita comfrot dan mudah terbuai. Panggungnya sederhana tapi penataannya kompleks. Pencahayaan beserta ilusi awan buatan dan eksterior " Khayangan " nya SUPER DIPERHATIKAN SEKALI. Praktis orang norak  kayak saya dibikin lebay mendadak selama 4 jam lebih.

Ilusi drama dibikin hidup dan menjadi- jadi di mata visual kita.

Jangan tanya saya ceritanya tentang apa, karena memang selama 4 jam pertunjukan saya gak ngerti jalan ceritanya sama sekali, yang seba Jawa Tulen semua. Tapi saya benar- benar terbuai dengan gerak koreografinya dan kostumnya itu lho .... persis Dewa Khayangan beneran ( Saya sempat mempelajari kebudayaan Tibet yang berbau Hindustani - Buddhist, jadi bisa rada sok tau ) Adalah benar, seni yang saya sedang tonton merupakan Asimilasi Hindu- Jawa, kalau gak ngerti apa maksud saya, bayangkan saja Budaya Hindu kaya Candi Borobudur tapi letaknya di Yogyakarta ... Paham maksud saya? ( Kalau tidak, ya mbok, mohon buka KBBI cari makna kata:Asimilasi )

Sekali lagi saya menjadi terdorong untuk menulis Notes tentang hal nyeni begini di Facebook. Meskipun saya tahu, ulasan saya sebenarnya belum mumpuni alias gakcapable, tapi saya tergerak bukan karena ada seorang teman yang bermain disana, bukan juga karena sang Direktur Utama Bank Mandiri dan BRI dijadiin petruk lantas " di obok- obok " diatas panggung, apalagi karena nama Sang maestro yang kenal aja enggak ... Tapi karena semata - mata saya terbuai. Saya dibuat jatuh cinta beneran akan seni macam ini. Dan Cinta seharusnya tidak membutuhkan kalimat panjang untuk dijelaskan bagi mereka yang sudah merasakan ......

Saya pernah sekali ikut pentas seni panggung yang serius ketika bekerja di Kapal Pesiar beberapa tahun lalu, dan guru saya pernah berkata : " Seni panggung sesungguhnya adalah seni menjadi diri anda sendiri disaat anda memakai topeng " Berlawan terbalik dengan konteks otak kita yang cenderung berusaha menjadi orang lain, justru disaat kita sesungguhnya tidak memakai topeng apapun ....



The Point of View,

Dean Lugisto

Minggu, 26 September 2010

Clay Art - Gramedia Matraman


DEAN FOUND HIS NEW TOY

Baru kali ini saya asik bercengkrama dengan SPG di Toko Buku Gramedia - Matraman. Saya tertarik dengan display clay ( Boneka dari lilin ) yang 100% Handmade !! Oleh saya, sang SPG ramah tersebut saya palakin kursus singkat !! ( Terima kasih banyak untuk senyum ramahnya dan kesabarannya dalam mengajar ) Hahahahaha .....

Tertantang mau nyobain karena apa kata riset yahoo.com, belajar sesuatu yang sulit dan bukan favorit kita, bisa menambah IQ dan EQ kita, berapapun usianya. Jadilah saya dan teman ikhlas gesek kartu kredit demi hobby baru kita ini. Barangnya tidak masuk kategori murah, tapi ya fine- fine aja, namanya aja hobby ....

Mata saya rada picek sekarang karena pelototin kerjaan saya dari sejam tadi, dan inilah hasilnya ....

Paling gampang bikin induknya, paling mampus bikin anaknya !

Ini yang paling gampang menurut saya, sukses dalam 15 menit saja

Hasil pikiran sendiri, jangan tanya kenapa saya pilih menu 'Laba- laba', just insting ....

Yang bikin susah karena medianya soft dan lembek sekali, salah sedikit harus ulang semua, dan tantangan buat saya adalah, HARUS SABAR dengan ukurannya yang saya sengaja buat super mini ( Biar hemaaaaat ... )


Udah ah, malam ini gak mau ngetik Blog lama- lama, saya mau lanjut belajar bikin clay yang lain .... Targetnya  10 tahun lagi mau bikin clay manusia, hahahahahha .....


THIS MY MY NEW TOY  !

Kamis, 23 September 2010

Komunitas Masyarakat Peduli Kolong Tol

  HAPPY ENGLISH CLASS



Pada silahturahmi Lebaran kemarin, saya diajak salah seorang teman yang juga bukan orang baru didunia kegiatan kemanusiaan. Olehnya, saya diajak untuk menengok kelas " Happy English " yang diusung kawan- kawannya ( Kalian  hebat oy!! ). Kelasnya unik, diadakan ditepat bawah kolong tol Penjaringan - Jakarta Utara. Tanpa bermaksud  'menjual makna kemiskinan', ijinkan saya bercerita sedikit. Para relawan ini tergerak hatinya untuk membantu adik- adik kita yang kebetulan hidupnya pas- pasan ( kalau saya bilang serba kekurangan, itu artinya kita kurang bersyukur ya ... ). Mereka mengajar Bahasa Inggris dasar disana. Kenapa Bahasa Inggris? gak Matematika ?, atau Bahasa Indonesia ?

Begini yang coba mereka tuturkan kepada saya, Bahasa Inggris dipilih karena mereka punya visi untuk membuka jendela dunia akan kehidupan yang lebih baik. Dan dalam prakteknya, agar anak- anak tertarik lebih jauh, disediakan ruang dimensi untuk akhlak dan budi pekerti disana. Saya tertegun dengan gaya salah seorang relawan yang telling story tentang seorang gadis cilik perempuan yang nakal beserta 3 beruang. Sederhana namun sarat makna. Anak- anakpun mampu mencerna maknanya dengan baik dari hasil pengamatan saya.

Kedepannya, komunitas ini berharap dapat memberdayakan kolong tol untuk kesejahteraan penduduk sekitar. Alhasil, lebih dari satu RW sudah bergabung mensukseskan program pendidikan ini. Ketika saya berkunjung kesana, saya terharu sekaligus bangga akan kreatifitas relawan dan adik- adik menyulap ruang yang kelam mendadak menjadi riuh berwarna. Bayangin aja, X - banner yang entah aslinya buat apa, ditempel sana- sini hingga tersulaplah menjadi X - banner " Happy English ", kalo boleh mengutip kata WWF, mereka sudah menjalankan program reduce - reuse - recycle. hehehe ....



    Ini foto banner sulapan mereka yang saya ceritakan

Terdapat lebih dari 100 anak dari hasil pengamatan saya, anak- anak tersebut dibagi perkelas sesuai tingkatannya. Masing- masing kelas diajar oleh seorang guru ( yang luar biasa antusias ). Antusiasme ini dengan cepat menular kepada anak- anak. Tidak sedikit dari mereka yang bertanya berulang- ulang dan menunggu jawabannya dengan sabar ( di sd mereka seperti ini gak ya suasananya ? )

Saya sadar belum mumpuni alias belum capable kalau disuruh komentari lebih jauh tentang kegiatan mereka, maka sisanya biar gambar yang berkata- kata ....



    Anak- anak dibagi per kelompok dan beralaskan terpal


 
    Orangtua juga turut belajar agar bisa diaplikasikan dirumah




    Antusiasme anak dalam belajar.


 
    Ada seberkas cahaya harapan didalam kolong tol ini.

Bagi anda yang kebetulan membaca Blog ini, dan tertarik untuk menjadi relawan pengajar, bisa menghubungi saya lewat Yahoo Messanger yang saya terakan dikolom atas sebelah kanan Blog ini, atau bisa juga melalui Facebook saya, atau Facebook Happy English.

Mereka masih sangat membutuhkan relawan dalam mengajar.

Semoga Bermanfaat.

 


Rabu, 22 September 2010

Sutra Kasih Yang Mendalam Dari Orang Tua Dan Kesulitan Membalasnya




Pada waktu itu Tathagata memakai delapan macam suara yang sangat dalam dan bersih, seraya berkata kepada kumpulan besar itu, "Anda semua harus mengetahui ini, sekarang akan kami jelaskan beberapa segi dari hal ini."


"Bila ada seseorang yang mengangkat ayahnya dengan bahu kirinya dan ibunya dengan bahu kanannya dan oleh karena beratnya menembus tulang sumsumnya sehingga tulang-tulangnya hancur menjadi debu, dan orang-orang tersebut mengelilingi Puncak Semeru seratus ribu kalpa lamanya sehingga darah yang keluar dari kakinya membasahi pergelangan kakinya, orang tersebut belum cukup membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".
"Bila ada seseorang yang selama waktu satu kalpa yang penuh dengan kesukaran dan kelaparan, memotong sebagian dari daging badannya sendiri untuk memberi makan orang tuanya dan ini diperbuatnya sebanyak debu yang di lalui dalam perjalanan ratusan ribu kalpa, orang itupun belum membalas kebaikan yang dalam dari orang tuanya"
"Bila ada satu orang yang demi orang tuanya, mengambil sebuah pisau yang tajam dan mencungkil kedua belah matanya dan mempersembahkannya kepada Tathagata, dan terus melakukannya hingga beratus-ratus ribu kalpa, orang tersebut masih tetap belum membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".
"Bila ada orang yang demi ayah dan ibunya mengambil sebuah pisau tajam dan mengeluarkan jantung dan hatinya sehingga darah mengucur dan menutupi tanah dan dia melakukan ini dalam beratus ribu kalpa, tiada sekalipun mengeluh tentang kesakitannya,orang tersebut tetap belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya".
"Bila ada orang demi orangtuanya, menghancurkan tulang-tulangnya sendiri sampai ke sumsum dan melakukan ini hingga beratus ribu kalpa, orang itu tetap belum membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya".
"Bila ada orang yang demi orang tuanya menelan butiran-butiran besi yan gmencair dan berbuat demikian hingga beratus ribu kalpa, orang itu tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya".

Pada waktu itu, ketika mendengar Buddha membicarakan kebaikan dan kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis diam-diam dan merasakan kepedihan dalam hatinya. mereka merenungkannya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, "Oh, Sang Bhagava, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?"
Sang Buddha menjawab, "Wahai siswa-siswa Buddha, bila engkau ingin membalas kebaikan orang tuamu, tulislah Sutra ini untuk mereka. Kumandangkanlah Sutra ini untuk mereka. bertobatlah atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan demi mereka. untuk kepentingan orang tua berikanlah persembahan kepada Tri Ratna. demi orang tua, patuhlah kepada perintah untuk hanya memakan makanan suci dan bersih. Demi orang tua biasakanlah berdana dan mencari keberkahan. Bila engkau dapat melakukan ini, engkau adalah anak yang berbakti. bila engkau tidak melakukannya, engkau adalah orang yang akan menuju pada alam sengsara".
Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, " Bila seseorang tidak berbakti ketika hidupnya berakhir dan badannya membusuk, dia akan jatuh ke dalam Neraka Avici yan gtidak terbatas. Neraka yang besar ini kelilingnya delapan puluh ribu Yojana, dan dikelilingi dinding besi padake empat sisinya.Diatasnya ditutup oleh jaring-jaring, dan lantainya juga dibuat dari besi. Api akan membakar dengan berkobar-kobar, sementara itu petir bergemuruh dan sambaran kilat yang berapi-api akan membakar. Perunggu yang cair dan cairan besi akandisiramkan keatas badan orang-orang yang bersalah. Anjing-anjing perunggu dan ular-ular besi terus-menerus memuntahkan api dan asap yang membakar orang-orang bersalah dan memanggang badan dan lemaknya hingga menjadi bubur.
"Oh, penderitaan yang hebat ! Sukar menahankannya, sukar menanggungkannya ! Ada galah, pengait, lembing-lembing, tombak-tombak besi dan rantai-rantai besi, pemukul-pemukul dari besi, dan jarum-jarum besi. Roda-roda dari pisau besi turun bagai hujan dari udara. Orang yang bersalah itu dicincang dipotong atau ditikam dan mengalami hukuman-hukuman yang mengerikan ini selama berkalpa-kalpa tidak henti-hentinya. Kemudian mereka memasuki neraka-neraka berikutnya, di mana kepala mereka akan ditutupi mangkok-mangkok yang panas sekali, sedangkan roda-roda besi akan menggilas badan mereka secara mendatar dan tegak lurus sehingga perutmereka pecah dan daging serta tulang-tulangnya menjadi lebur. Dalam satu hari mereka akan mengalami beribu-ribu kelahiran dn kematian. Penderitaan penderitaan yang demikian adalah akibat melakukan kelima perbuatan jahat dan karena tidak berbakti selama seseorang masih hidup.
Pada waktu itu setelah mendengar Sang Buddha membicarakan sutra tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dengan sedihnya dan berkata kepada Tathagata, "Pada hari ini, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami ?"
Sang Buddha berkata, " Wahai siswa-siswa Buddha, bila engkau ingin membalas kebaikan-kebaikan mereka, maka demi mereka salinlah sutra ini. ini sesungguhnya membalas kebaikan merka. bila seseorang dapat menyalin satu saja maka dia akan melihat satu Buddha. bila seseorang dapat menyalin sepuluh buah, maka dia akan melihat 10 Buddha. Bila seseorang dapat menyalin 100, maka ia akan bertemu 100 Buddha. Bila seseorang dapat menyalin 1000 maka ia akan melihat 1000 Buddha. Bila seseorang dapat menyalin 10.000, maka ia akan melihat 10.000 Buddha. Inilah kekuatan yang diperoleh bila orang-orang saleh menyalin Sutra. Semua Buddha akan selamanya melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.