Senin, 27 Desember 2010

Berlibur di Pulau Tidung


Dean on Tidung Island

Tanggal 24 Desember 2010, kami bertolak ke Pulau Tidung - Kepulauan Seribu. Jaraknya kurang lebih 2 jam dari bibir Jakarta. Kami berangkat dari Muara Angke - Jakarta Utara menggunakan alat transportasi umum kapal nelayan. Harga per satu orangnya adalah Rp. 33.000. Berdasarkan pengalaman saya beberapa tahun belakangan, kapal selalu tepat waktu bertolak pada pukul 7.00 pagi. Hari itu hampir saja menjadi hari yang naas bagi kami, seorang teman lama mandinya sehingga kami baru berhasil mencapai dermaga pada pukul 6.15 pagi. Kala itu sebuah kapal sudah penuh dan sedang berlayar meninggalkan dermaga persis didepan mata kami, sedangkan satu kapal lainnya sudah penuh. Tak ada waktu untuk kompromi dan diskusi, kami sekonyong- konyong naik ke kapal yang penuh dan mengambil tempat manapun yang aman untuk diduduki.

Lama perjalanan 2 jam menuju Pulau tujuan, tiada yang cukup berarti disini yang bisa saya ceritakan selain ombak yang kalem dan laut yang sangat bersahabat.

Sesampainya di Tidung, kami menunggu Pak Haji sang pemilik Losmen yang berhasil kami temukan melalui lembar Facebook. Kami tiba pada pukul 9.05 menit. Losmen miliknya yang paling murah dan terbuka untuk negosiasi harga. Harga yang ditawarkan via Facebook adalah Rp. 500.000 untuk semalam, dimensi yang ditawarkan adalah 3 ruang berukuran sedang untuk kamar, 3 buah kasur bersih yang muat antara 6 - 9 orang, 1 buah dapur, 1 buah kamar mandi, dan 1 buah beranda asri bernaung tumbuhan tropis untuk kami bersantai lengkap dengan bale- bale nya. Kami berhasil benegosiasi dengan harga yang menurut kami cukup pantas dan relatif murah = Rp. 650.000 berlaku untuk 3 hari dan 2 malam. Semenjak itu, kita deklarasikan " We love pak Haji ... "


Ini ruang yang saya tempati, ranjangnya bersih plus kipas angin

Setelah menghilangkan efek obat Antimo selama kurang lebih setengah jam, teman- teman saya ribut mencari makanan, sedangkan saya melarikan diri sejenak untuk merokok ( saya satu- satunya yang perokok ), dan mencoba mengenali lingkungan sekitar. Hasilnya lumayan, saya menemukan bahwa tepat dibelakang losmen kami, pemandangannya langsung kearah pantai. Sayangnya beberapa sampah ada dalam penglihatan, dan saya mencoba mengambil angle terbaik untuk kenang- kenangan.


Pemandangan di belakang Losmen milik Pak Haji

Setelah menjepret beberapa kali, saya lekas kembali ke Losmen. Disana rupanya sedang dilakukan " tender " kecil- kecilan, kami berusaha nego dengan catering yang mendatangi pintu losmen kami. Harga yang ditawarkan adalah Rp. 15.000 untuk satu orang dengan lauk lengkap, kami meminta jatah seorang cukup seharga Rp. 10.000. Tender berakhir beberapa menit kemudian. Makanan yang tersaji didepan kami sucks! alias tidak enak.

Jam baru menunjukkan pukul 10 lewat seperempat ketika kami semua selesai makan. Sang rekan yang hampir saja membuat kami semua ketinggalan kapal karena lama mandi ( ia laki- laki ), memutuskan untuk mandi ( lagi ! ), mendengar permintaannya, saya lekas menggenggam camera pocket dan meninggalkan Losmen untuk berfoto ria. Terserah, brother ! - you are free to enjoy your holiday in yourstyle and i really appreciated it !

Kami mencoba mencari tempat penyewaan sepeda, dan tidak sulit menemukannya, soalnya tersebar dimana- mana! hehehe ... Harganya dari tahun kemarin masih sama = Rp. 15.000, tapi Tuhan berbaik hati kepada kami, meskipun harganya tidak bisa dinegosiasikan, tapi sang pemilik sepeda setuju untuk menyewakannya kepada kami seharga Rp. 15.000 seorang untuk satu setengah hari! Horee ....


Milihnya hati- hati, terutama bagi kaum laki- laki, salah pilih pedal sepeda bisa membuat buah zakar anda sakit bukan main tiap kali mengoes !

Setelah masing- masing menemukan sepeda, kami bertolak menuju ujungnya pulau Tidung, jaraknya 20 menit, itu juga ditempuh dengan sepeda. Jangan tanya saya lama jaraknya jika ditempuh dengan jalan kaki! Ogah! Jauh soalnya ....

Disepanjang perjalanan yang lurus dan tak berbelok, hanya ada hamparan pasir dan laut, dan lagi- lagi saya menemukan spot yang berisi sampah. Tapi jujur, saya sungguh menikmati perjalanan menuju ujung pulau meski tanpa pembicaraan selama kami menuju kesana. Semuanya terpesona dengan keelokan pantai dan warna lautnya saya kira ....


Turis yang sedang berkayak seorang diri di laut luas

Sesampainya diujung pulau, saya tambah " kampungan ", soalnya saya kagum sama keindahannya. Pantainya sih kagak sepi, alias rame, tapi karena tempatnya super luas dan plong, maka fine- fine aja buat saya. Ada yang bermain kayak di laut dengan perahu sewaan, ada yang carter banana boat, ada yang makan di pinggir pantai, macem- macem deh ... tapi mayoritas pastinya sibuk menjadi banci foto. Sekonyong- konyong salah seorang teman wanita punya ide gila, dia kepengen lompat dari atas Jembatan Cinta yang terkenal dan Legendaris itu. Jembatannya super panjang dan tingginya sekitar 4 - 5 meter, dibawahnya aman, laut yang cukup dalam tanpa karang. 


Eksekusi asyik yang pastinya butuh nyali dan pengetahuan biar gak cedera.

Setelah asyik menguji nyali, kita semua makan indomie dibibir pantai dan berfoto sepuas- puasnya. Tak ada lagi yang melompat selain teman wanita saya. Saya berniat melompat keesokan harinya setelah efek obat antimo lenyap dari peredaran tubuh deh!

Sore- sore kami kembali ke Losmen sebentar untuk mengambil snack, perlengkapan pancing dan baterai kamera. Ketara banget kita gak mau rugi buang- buang waktu. Asal tahu saja, saya tipikal yang benci diatur- atur kalau lagi liburan. Saya maunya seenak jidat dengan kapan saya tidur, kapan saya makan, dan kapan saya pulang. Tapi kali ini, kita semua sepakat tanpa sepatah katapun diantara kami. FOTO ADALAH PRIORITAS NOMOR SATU ... hehehehe

Beberapa rekan memutuskan untuk mulai memancing, saya sih ogah, soalnya ini peraturan agama saya. Jadi saya putuskan memotret pemandangan matahari tenggelam bersama rekan lainnya yang tidak memancing juga ...
Ini pemandangan matahari tenggelam didepan tempat kami bersantap Indomie rebus

Saya mencoba memfoto seorang rekan saya yang baru pertama kali berpelesir di Pulau Tidung

Saya berhasil mengambil momen seorang nelayan yang sedang menyiapkan jalanya untuk menangkap ikan malam nanti.

Beberapa  menit kemudian, langit mulai beranjak gelap, hanya ada beberapa lampu penerangan disekitar kami, tapi saya dan kawan- kawan saya juga tak berniat kembali ke losmen. Jadi tinggallah kami di areal Jembatan Cinta, saya memotret puluhan lembar foto Jembatan Cinta yang pertama kali saya lihat lewat facebook teman- teman saya yang duluan datang kemari. Akhirnya saya putuskan mendelete semua hasil jepretan saya. Soalnya malu, camera saya pas- pas an, itu juga bukan milik saya, dan pastinya anda sudah sering kan lihat panorama di Jambatan Cinta? Jadi saya ingin mengambil foto Jembatan Cinta di sisi paling gelapnya. Siapa bilang cinta melulu indah dan terang sentosa ?


Inilah foto yang berhasil saya jepret dari jembatan yang sama persis dengan jembatan tempat rekan saya melompat sore tadi. Sang Jembatan Cinta.

Kami kembali ke Losmen ketika saya kehabisan baterai dan rekan saya yang memancing menyerah karena tak berhasil mendapat tangkapan. Hari ini baru satu hari kami di Pulau Tidung, tapi jujur, saya puas!



Pada pagi keesokan harinya, tanpa cuci muka dan gosok gigi, apalagi mandi, saya bergegas menuju kembali ke Jembatan Cinta, saya ingin mengambil foto matahari yang terbit persis didepan Jembatan, tapi saya terlambat!, jam sudah menunjukkan pukul 6.15 pagi ketika saya naik dipedal sepeda sialan saya ( Biji saya masih sakit, gara- gara salah milih sepeda! )

Jam menunjukkan 6.35 ketika saya dan dua orang rekan wanita sampai dilokasi. Dan ternyata oh ternyata, its a perfect time! kalau kepagian, cahayanya tidak akan cukup untuk menangkap momen ini, dan kalau kesiangan, oh! tempat ini akan disemuti turis. ini aja udah mulai ramai!


Foto sempurna matahari terbit at the perfect time and perfect spot

Jam 7.15 kami mulai bosan, kami bergegas kembali ke losmen, soalnya sudah janji sama pemilik kapal sewaan untuk mengantarkan kita ke beberapa pulau disekitar Tidung. Pulau tujuan kami hari ini adalah Pulau Air, Pulau Beras dan Pulau Tidung Kecil Utara. Tak satupun dari nama pulau diatas pernah saya kunjungi. Jadi expect the unexpected. Harga sewa kapalnya tidak dihitung perorang kali ini, tapi per satu kapal selama setengah hari. Harga yang berhasil kami dapatkan adalah Rp. 350.000 lengkap dengan peralatan snorkling untuk 6 orang dan 2 guide awak kapal kami. Saya kaget ketika seorang teman di Jakarta mengabarkan harga yang kita dapatkan super murah, apalagi saat liburan natal seperti ini, ketika teman saya itu datang berkunjung dan menyewa kapal, harga yang mereka dapatkan adalah Rp. 800.000 !!, Jauh amat ya??, saya anggap kali ini kami beruntung lagi.



Foto iseng kaki saya sendiri ketika dalam perjalanan ke Pulau Air

Menuju ke Pulau Air adalah tujuan utama kami, kami akan diajak ke tengah laut sekitar Pulau Air untuk bersnorkling disana. Disana kami dibekali roti aneka rasa, bukan buat kita, tapi buat feeding ikan .... emangnya ikan mau? Bukan mau, tepatnya DOYAN !! hehehe, ... roti rasa mocca, coklat dan keju habis dilalap ikan hias berwarna- warni tepat didepan kaca mata alat snorkel saya .....

Sayang saya tak bisa mengupload fotonya sekarang, karena fotonya harus khusus menggunakan kamera underwater milik temen saya. Filmnya harus diproses terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam cd.


Snorklingnya persis ditengah laut, Karang dan ikannya bagus serta warna- warni !!
( Plus doyan makan roti, ingat itu !! )

Selesai bersnorkling di satu spot ini, kami putuskan untuk mencari spot lain untuk snorkling lagi. Kami diajak ke Pulau Beras, untuk dapat menuju kesana, kami harus menempuh setengah jam perjalanan lagi melalui jalur teluk Pulau Air. Pemandangan di celah teluk air IS AMAZING. Mirip kayak di film Hollywood dan Discovery Channel ! Saya sampai kesurupan mengkomando semua teman- teman saya untuk lekas berfoto disini. Dan kami berhasil menjepret ratusan lembar foto yang bagus disini, yang tak mungkin saya upload semua ...


Breathtaking pictures isn't it ? perhatikan warna airnya, ini tidak saya edit lho !
Pulau Air - dengan ini menjadi favorite spot kita semua ...

Perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Beras, tempatnya sih bagus, tak berpenghuni pula, sayang sekali baterai kamera habis. Saya harus puas berfoto dengan kamera Blackberry teman, tak apa- apalah, daripada enggak ada. Disini kami sempat bersnorkling lagi dan kesurupan berfoto seperti biasanya ....

Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau tidung Kecil sebelah Utara, sebenarnya sih letak pulau ini bisa lho ditempuh dengan berjalan kaki saja, soalnya letaknya disebelah Tidung tempat kami menginap. Nah, kedua buah pulau ini ( Tidung tempat kami menginap dan Tidung Utara Kecil, dihubungkan oleh Sang Jembatan Cinta, begitu lhoo ... ). Kami urung bersnorkling di Tidung kecil, selain capai luar biasa, ombak juga mulai bergulung- gulung. Jadi kami putuskan pulang. Saya sempat besar mulut pas nego pertama kali dengan bapak pemilik kapal : " Setengah hari keliling 3 pulau ?? mana cukup waktunya pak ?? enggak puas laaah ... ", dan sekarang saya mengerti, kami baru bermain air di laut lepas selama 5 jam, itu juga cuman 2 pulau, dan energi kami sudah terkuras habis! Ohlala !!

Dalam perjalanan pulang, sang pemilik kapal, yang bernama Pak Dayat, mencoba meyakinkan kami bahwa kami harus mencoba makan ikan ekor kuning ( ini namanya : ikan ekor kuning ). Makannya boleh di masak apa saja. Jujur saya sempet parno ketika teman saya yang lain dan yang enggak ikut kali ini, sempet up date status di FB, mereka marah- marah  pas complain makanan di Tidung enggak enak. Jadi saya rada skeptis. Setelah melihat wujud ikan ekor kuning, saya langsung berselera lagi, soalnya inilah ikan yang kerap menjadi makanan favorit keluarga saya jika bertandang ke restoran " Nelayan ", di kawasan Lodan Ancol - Jakarta Utara. Kalau di Restoran " Nelayan " harga ikan jenis ini tinggi, harganya murah bok di Pulau, cuman Rp. 30.000 untuk 3 Kg dan itu cukup untuk 8 orang dewasa makan! Atas saran rekan saya yang petualang juga, ikan jenis ini diminta untuk dimasak dengan bumbu kuning khas lokal.

Tak urung lagi sesampainya kami dipulau utama, kami bergegas mandi dan tertidur pulas karena kecapaian. Malam nanti kami sudah janji dengan pak Dayat untuk BBQ bersama persis dipinggir pantai sambil menyantap ikan ekor kuning bersama.

Menyalakan Api Unggun adalah kewajiban untuk BBQ bersama Dean !

Sang ikan ekor kuning yang saya jelaskan

Tanpa panjang lebar, begitu ikan ini dibakar, wanginya mulai tercium kemana- mana. Beberapa "tetangga" kami yang kebetulan membakar ikan tongkol cuman bisa melonggos mencium wangi harum semerbak dan rangkaian pujian yang keluar dari bibir kami dengan bunyi lumayan keras ( maklum kelaparan, dan mayoritas kami berasal dari Medan yang bersuara lantang kalo ngomong ).

Enough! Good Play - Good Spot - Good Food and now Good Sleep ..............

Besok masih ada 1 hari di Pulau, dan seperti biasanya, i expect the unexpected !!