Sabtu, 04 Desember 2010

Dean VS Dean ( Dean CS Dean )

Sekian tahun berdamai dengan diri saya sendiri, saya senang mengetahui ternyata dia masih ada didalam sini. 

Tidak dalam persembunyian.

Dia duduk manis menunggu gilirannya keluar dan bermain. 

Kita sudah tak lagi berselisih paham. 

Kita sudah berdamai, atau lebih tepatnya sudah bersepakat. 

Dia tidak saya usir kok, dan saya senang dengan keputusan tidak membunuhnya.

Saya ijinkan ia keluar bermain sejenak kadang- kadang.

Well, kadang saya dikomplain terlalu sering mengajaknya bermain- main.

Semua orang ingin didengar, siapa yang tidak? masalahnya menurut saya sedikit sekali ada orang yang mau mendengar mengenai DIRINYA SENDIRI oleh DIRINYA SENDIRI melalui tanda- tanda atau gelagat yang jelas- jelas dinyatakan sebagai tanda warning bagi DIRINYA SENDIRI.

Dengan bangga - sombong - dan tidak tahu diri, saya berani menyatakan bahwa saya ahli mendengarkan diri saya sendiri. Carilah di Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksara apa yang mewakili makna yang saya diketik diatas. Tidak ada! anda tidak akan menemukannya, paling, yang paling mendekati ya kata ' Ego ' atau ' Egois ' terserah pilih saja salah satu, atau semua, atau tidak kedua- duanya, i really don't care.

" Kenali diri anda sendiri sebelum berusaha mengenali orang lain." Kalimat mutiara yang bagus ya? tapi sang bajingan pencetus kalimat indah diatas lupa nambahin prosedur step by step caranya. Hello ?? 

Saya cukup mengenali diri saya sendiri bahwasanya saya tidak akan pernah bisa mengidentifikasi seluruh bagian dari siapa saya sebenarnya. Percuma. ( atau mungkin saya - nya yang over tolol )

Dean bukan seorang Pembunuh.

( Yakin?, saya tak ragu mengambil nyawa seseorang jikalau nyawa itu hendak mengambil nyawa saya secara tidak jujur apalagi secara tidak adil, atau saya tidak akan berfikir ribuan kali seperti kata orang - ketika orang yang saya kasihi dan hormati nyawanya sedang terancam dari nyawa yang lain )

Ayolah jujur, siapa yang tidak punya sisi gelap demikian?

Saya tidak yakin Dean bagian yang mana yang sedang mengetik bait- bait ini, i just go with the flow.

Tapi saya tidak melukis- lukis skenario diatas. Saya pernah diposisi demikian, dan ternyata saya tidak kaget dengan keputusan yang saya buat, meskipun saya dan saya yang lain baru pertama kali bertemu kala itu.

Kami tidak berjabat tangan

Tidak juga saling mengacuhkan.

Selama perjalanan waktu, kami berdua sibuk menjalin sekutu dengan personel lain.

Kadang dia berhasil bekerjasama dengan kepalan tangan dan kaki.

Tapi tak jarang pula saya berhasil berkompromi dengan mulut dan telinga.

Pernah suatu ketika dia mengklaim seluruh sang Panca adalah sekutunya, well, kala itu saya benar- benar dalam masalah. Tapi pukulan telak dari lawan berhasil membuatnya pingsan dan saya berhasil takeover kembali. See ...?

Tapi seperti yang saya katakan seperti diatas, it was a long time ago. We quited arguing and quited fighting. Sebuah pesan singkat yang diantarkan secara mendadak dan tanpa nama, menyatakan kita berdua di hired dalam kontrak dalam kurun waktu tertentu sampai habis masa kontraknya ( tanggalnya tidak tertera ), dibagian bawah messagenya tertulis notes : " Need both of you " 

Well, saya tidak sepenuhnya luluh kala itu, tapi dalam beberapa kasus, si bajingan berhasil membawa saya keluar dari masalah, dan di kali lain, saya juga berhasil mencegahnya dari sebuah permasalahan. Jadi impas.

Terkadang ketika si bajingan diolok- olok atau dicibir, saya mampir ke kursinya tempat dia duduk dan mengajaknya bermain untuk mengalihkan perhatiannya. Tapi lebih seringnya, disaat saya kurang siaga, dia berdiri dari tempatnya duduk dan mulai menjadi diri dia seperti apa adanya. Saya hanya bisa menutup mulut rapat- rapat dan mencoba tidak melihat. Tiada jalan lain. Percuma juga berargumen dengan dirinya. ( Dia paling mahir dalam berargumen ), tapi tentu saja kejadian ini sering saya laporkan kepada si Bos. Bukannya bawel, tapi saya tak mau disalahkan apalagi disuruh bertanggung jawab akan sesuatu yang bukan seratus persen salah saya.