Senin, 05 September 2011

Ulas Tuntas Wisata Ke Pantai Ujung Genteng









Berangkat dari Jakarta pada pukul 05:12 subuh dan sampai tepat didepan penginapan kami di Ujung Genteng pada pukul 02:17 siang. Kami beristirahat di 3 titik perberhentian. Pom Bensin Tol - Sukabumi untuk makan siang - dan Indomaret setempat untuk mengisi logistik. Total lama perjalanan tanpa ketiga perberhentian tersebut memakan 7 jam tempuh menuju Ujung Genteng dari arah Jakarta.

Lama perjalanan sungguh terbayar dengan pemandangan eksotik dipantai yang menurut mitos masih dibawah kuasa Nyai Loro Kidul. Saya akan mencoba mengupload puluhan foto panorama di Ujung Genteng ini agar dapat membantu kalian yang ingin mengunjungi keindahan pantai Ujung Genteng tanpa salah memilih berikut dengan tips dan triknya agar liburan menjadi berkesan serta menyenangkan.

Kali pertama kami sampai di yang namanya Ujung Genteng pemandangannya biasa saja. Malah cenderung kotor dan gersang jika boleh jujur mah ... Semua foto panorama indah dan eksotik yang anda dapatkan di internet ( termasuk blog saya mungkin ) adalah hasil jelajah ke lebih dalam lagi gugusan semenanjung Teluk Pelabuhan Ratu ini. Sesampainya saya didepan penginapan yang telah kami pesan sejak di Jakarta, kesan yang saya dapatkan adalah kotor dan gersang. Sampah dimana- mana dengan pengunjung mayoritas turis lokal yang menggunakan motor pribadi serta truk dan bukannya mobil pribadi. Kecuali bagi mereka yang berkunjung dari luar wilayah ini, saya menghitung kurang dari 10 mobil yang berplat B sama seperti kami.

Pemandangan yang menyambut kami sesampainya di Pantai Ujung Genteng
Gersang dan belum tampak dimana lokasi pantainya


Villa atau Losmen tempat kami menginap langsung menghadap ke pantai
atau lebih tepatnya menghadap langsung ke Samudra Hindia



Kamar didalam losmen yang kami tempati


Warung tenda semacam ini tersebar disepanjang pantai


Tanpa menghabiskan waktu lagi kami bergegas mengumpulkan informasi detail mengenai wisata yang terdapat di wilayah setempat. Satu saran saya adalah anda harus selalu bertanya terlebih dahulu mengenai harga apapun jenis barang atau makanan yang hendak anda ambil. Karena jika anda mengambil sebelum bertanya, maka kemungkinan besar harga yang mereka patok akan jauh lebih mahal daripada jika anda bertanya dengan terlebih dahulu.


1. Pemandangan didepan penginapan kami 

Ini pemandangan persis didepan penginapan kami
untuk sampai dibibir pantai untuk bermain air, anda masih harus berjalan kaki


Ini pemandangan disisi sebelah kanan penginapan kami
jika anda berjaan terus ke depan, anda akan sampai ditempat konservasi penyu setempat


2. Mengunjungi Pantai Pasir Putih - Ujung Genteng

Kami memutuskan untuk langsung mengunjungi lokasi Pantai Pasir Putih dan penangkaran serta konservasi penyu disore hari ini. Selain cuaca dan pencahayaan sedang bagus- bagusnya, kami tidak ingin membuang- buang waktu lebih banyak. Mohon dicatat bahwa disepanjang hari, di gugusan Pantai Ujung Genteng ini, udaranya selalu dingin karena langsung terpapar oleh angin muson dari arah Samudra Hindia. Dan lokasi penginapan kami berada persis didepan Samudra Hindia. Jadi pagi - siang - malam, kami harus menggigil menahan dingin karena kami semua salah kostum mengira bahwa bermain dipantai akan terasa panas dan gerah. Jadi jangan lupa menyediakan jaket parasut, syal, atau sejenisnya untuk menahan angin dingin dari Samudra Hindia.

Untuk sampai di tempat penangkaran penyu dan pantai Pasir Putih yang saya maksud, dibutuhkan 30 menit perjalanan menggunakan sepeda motor. Jalurnya tidak mungkin dilalui menggunakan mobil atau bahkan truk besar, karena kondisi jalannya off road, rusak serta berbatu- batu besar dan terdapat banyak pohon kelapa, pohon bakau, dan jenis pohon tipe hutan manggrove yang hanya bisa dilewati dengan sepeda motor. Anda bisa menyewa ojek setempat seharga Rp. 50.000 untuk pulang dan pergi. Silahkan menawar harga, namun kami tidak berhasil menggoyang harga penawaran dari para tukang ojek tersebut. Selain masih dalam suasana liburan Lebaran, saya rasa ojek- ojek disana cukup pintar cenderung taktis untuk memanfaatkan peluang akan jarangnya turis yang berasal dari luar daerah.


Meskipun memesan 8 ojek sekaligus, kami tetap tidak berhasil menawar harga ojek seharga Rp. 50.000/ orang untuk pulang dan pergi


Jalan berpasir dan hembusan angin laut yang kencang cukup menyulitkan pandangan mata dan pernafasan, jangan lupa sediakan masker, saputangan, atau sejenisnya


Jalan yang harus anda tempuh untuk menuju pantai Pasir Putih dan Penangkaran Penyu cukup jauh dan tidak tampak pantai sama sekali


Inilah kondisi jalan yang menyebabkan anda tidak mungkin menggunakan mobil pribadi untuk menuju kesana, jalannya hanya bisa dilalui satu motor atau anda harus rela berjalan kaki sejauh satu setengah jam berjalan


Motor yang anda sewa akan berhenti di dalam Hutan Manggrove lokal seperti dalam foto diatas, dibalik pagar hidup hutan manggrove ini adalah Pantai Pasir Putih yang sudah terkenal akan kehalusan pasirnya dan keindahan pantainya


Saya langsung takjub setelah melihat dengan mata kepala sendiri keindahan pantai di Ujung Genteng yang bernama Pantai Pasir Putih


Keindahan pantainya berhasil menandingi pantai di Bali serta terdapat oase berupa hutan manggrove sebagai penambah eksotisme pantai


Disepanjang bibir pantai yang luas, indah serta bersih ini, hanya terdapat kami berdelapan beserta dengan para tukang ojek yang menunggui kami bermain


Kami bermain disini sampai Sunset tampak menghiasi langit Pantai Pasir Putih


Puaskan diri untuk bermain dan berlari dipantai yang indah dan bersih


Sepanjang pantainya, hanya terdapat kami dan suara decak kagum kawan- kawan


Menyempatkan diri untuk berfoto sejenak


Ekspresi wajah lupa akan 7 jam perjalanan yang cukup menyiksa


3. Mengunjungi tempat penangkaran Penyu Hijau

Setelah puas bermain di Pantai Pasir Putih kami bergegas mengunjungi lokasi tempat penangkaran Penyu Hijau yang lokasinya sudah tidak jauh dari Pantai ini. Perjalanannya hanya sekitar 10 menit dari Pantai Pasir Putih. Nantinya, dilokasi penangkaran penyu, anda para turis akan disuguhkan show pelepasan bayi penyu ke laut lepas pada pukul 05:00 sore SETIAP HARI. Jadi pastikan bahwa anda tidak terlambat. Kami membayar tiket masuk sebesar Rp. 5.000/ orang untuk dapat melihat langsung proses pelepasan penyu tersebut.

Diceritakan oleh para penduduk yang bekerja dipusat konservasi hewan langka ini, pada bulan- bulan tertentu, Penyu Hijau seberat hampir 150 kg, setiap malamnya akan mengunjungi Pantai Pasir Putih untuk bertelur. Penyu- penyu tersebut bermigrasi dari Perairan Australia dan atau Kepulauan Maladewa didekat Srilangka. Penyu Hijau tersebut memanfaatkan kencangnya arus Samudra Hindia untuk membawa mereka ke Pulau Indonesia yang eksotis dan cenderung hangat untuk bertelur. 

Telur- telur ini kemudian diangkat oleh para pemerhati hewan langka guna dijaga sampai sukses pecah dan menghasilkan penyu- penyu muda. Dialam liar sendiri, beberapa persen dari telur tersebut akan lenyap karena dimangsa hewan predator lain, burung- burung laut, ataupun tangan- tangan manusia yang jahil. Jadi keberadaan pusat konservasi ini cukup terkenal baik bagi turis lokal maupun turis international. Saya melihat adanya plag ucapan selamat datang dan pesan- pesan kampanye moral mengenai hewan langka dan ekosistem suaka margasatwa yang berlogokan World Wide Foundation dan National Geographic.


Ternyata baru berdiri sejak tahun 2009 dan diprakarsai oleh Lembaga Konservasi Asing


Beginilah cara mereka menjaga agar telur- telur tersebut berhasil dibiakkan


Bayi- bayi penyu yang baru menetas pada pagi hari sebelum kami sampai di Ujung Genteng dan sore hari ini siap untuk dilepaskan dilaut


Papan berisi kampanye sosial untuk pelestarian penyu 


Turis berkumpul di belakang pusat konservasi yang langsung berhadapan dengan laut lepas atau sekali lagi tepatnya Samudra Hindia




Kami diminta berkumpul rapi dan berbaris untuk menyaksikan proses pelepasan bayi penyu. 
Tentu saja ketika sang bayi penyu dilepas, para turis keluar dari barisan dan heboh ingin berfoto bersama. Kecuali tentunya kelompok kami yang menjaga harkat dan martabat




 Pelepasan penyu dengan berlatar pemandangan indah pantai dan bercahayakan matahari terbenam
 Sempurna adanya


Penyu untuk Indonesia. Tolong bantu lestarikan mereka ya ...


Setelah puas bermain disepanjang siang sampai malam, kami bergegas kembali ke penginapan kami dan beristirahat sambil menyusun rencana untuk keesokan harinya. Sesungguhnya kami berencana untuk kembali ke Pantai Pasir Putih pada malam harinya untuk menyaksikan sang Penyu Hijau ke pantai untuk bertelur, Namun rasa lelah luar biasa dan mahalnya akomodasi mengurungkan niat kami. Setidaknya kami sudah berhasil mengunjungi keindahan Pantai di Ujung Genteng dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelepasan bayi penyu. Malam hari tersebut kami tidak banyak bercakap- cakap, mayoritas dari kami tertidur pulas tanpa mandi dan makan malam saking lelahnya, terutama kawan- kawan yang menyetir. Saya sendiri tertidur pulas dalam proses memindahkan foto yang saya jepret kedalam laptop mini yang saya bawa.

4. Eksplorasi di pagi hari

Setelah baterai tubuh kami terisi kembali karena tidur lebih awal, mayoritas dari kami sudah melek sebelum pukul 5 pagi hari. Dan kesempatan ini tentunya kami pakai untuk bermain sampai puas. Saya tidak mandi, tidak juga gosok gigi, hanya secangkir susu coklat hangat yang saya tenggak dengan sarapan biskuit kering. Lalu kami putuskan masing- masing dari kami boleh mengeksplorasi Ujung Genteng sesuai minat masing- masing. Ada yang ingin mencari kulit kerang, ada yang ingin ke tengah laut untuk memancing, ada yang sekedar ingin berfoto untuk kenang- kenangan dan ada yang ingin berenang di bibir pantai.

Tolong camkan didalam benak anda, hempasan ombak sungguh dahsyat di perairan selatan ini. Kawan kami mencoba berenang dibibir pantai sambil saling mengawasi dan saling berjaga. Hanya beberapa jam, sudah kami dengar bahwa ada tujuh anak muda yang hilang tergulung ombak. Enam diantara mereka berhasil diselamatkan turis asing yang sekonyong- konyong menarik mereka, sedangkan turis lokal tidak ada yang berani berhadapan dengan mitos klasik Ratu Pantai Selatan. Satu orang akhirnya kemudian ditemukan tewas dengan rahang hancur karena terhempas gulungan ombak setinggi 4 meter ( kurang lebih perkiraan saya pribadi ). Tak ayal, jeritan isak tangis ayah dan ibu korban tersebut menghiasi liburan di pantai yang indah namun cukup berbahaya ini.

Bagi rekan kami lainnya yang memesan kapal seharga Rp. 350.000 sewa/kapal untuk mampir ditengah laut  memancing, akhirnya harus pulang menanggung malu dan tangan kosong. Sesuai perkiraan saya, dimana terdapat semenanjung dengan ombak bergulung- gulung yang dahsyat, maka akan terdapat hanya kecil kemungkinan kita berhasil memancing ikan dilaut. Tapi saya mencoba bungkam dan tidak mau merusak harapan wisata kawan saya yang sudah terlalu bersemangat memancing bahkan dari Jakarta. Satu- satunya hasil laut yang kami masak adalah ikan kecil dan udang yang bukan didapat dari hasil memancing, namun umpan yang dibeli untuk memancing ikan.

Pemandangan pada pukul 06.00 pagi hari, tidak jauh dari penginapan kami


Ombak nan indah sekaligus berbahaya


Bagian yang hijau adalah hamparan rumput laut yang tertutupi oleh air laut pada malam sebelumnya. Dipagi hari ini hamparan ini terlihat jelas sambil sesekali diguyur ombak tinggi


Inilah hamparan rumput laut yang saya maksud. 
Beberapa lubang karang menyisakan beberapa hewan laut yang terperangkap didalamnya ketika terseret arus pasang pada malam sebelumnya


Kerang ataupun Klomang sejenis ini paling banyak diburu turis untuk koleksi kenang- kenangan.
Ada yang sudah mati dan hanya kulitnya saja, banyak juga yang masih hidup


Bintang Laut berbulu, ciri khas hewan karang dibibir pantai


 Pemancing ini berasal dari Bogor dan dalam 4 jam usahanya memancing, akhirnya ia menyerah tanpa hasil tangkapan seekor ikan pun


Lintah laut yang berjalan perlahan seperti siput. Terdapat aneka jenis warna dan corak serta ukuran
Favorit saya adalah yang berwarna hitam elegan ini


Penjual semangka dan kacang keliling



Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa eksotisme Pantai di Ujung Genteng sangat menarik hati. Namun jika boleh objektif, Ujung Genteng masih harus banyak berbenah diri daripada tempat wisata semacam ini seperti Pelabuhan Ratu, Anyer, Tanjung Lesung, bahkan gugusan pulau- pulau di Kepulauan Seribu Teluk Jakarta.

Tidak semua spot bersih dari sampah pengunjung seperti yang terdapat dibarisan foto saya. Dan para pedagangnya cenderung tidak jujur dalam menjajakan dagangannya. Anda harus ekstra berhati- hati dalam memilih belanjaan dan makanan. Bertanyalah harganya terlebih dahulu dan jangan ragu untuk mengecek expired date dari semua jenis makanan yang anda beli ( jika tertera seperti snack )

Ketika masuk ke dalam lokasi Ujung Genteng dimana penginapan dan eksotisme ini berada, tak kurang dari 3 kali kami terkena pungutan liar penduduk lokal setempat. Mereka pandai dalam memilah- pilih jenis turis, dan kami tidak bisa menyembunyikan plat mobil kami yang berinisial B. Harga yang kami bayarpun tidak sesuai dengan karcis yang tertera dalam karcis. Kami menggunakan mobil Avanza pribadi, namun harga yang dikenakan kepada pami adalah jenis bus pariwisata yang seharga Rp. 28.000/ mobil sekali masuk.

Belum jalan cukup jauh, kami dikenakan " biaya retribusi " lainnya yang dihitung permobil dan perkepala orang didalam mobil. Kami akhirnya hanya membayar satu kali dan dua kali pungutan lainnya tidak kami bayar sembari menggantung kartu tanda pers milik salah seorang rekan saya.

Sering sekali kami jumpai papan plang tinggi bertuliskan bahwa wilayah tersebut adalah milik Angkatan Laut atau Angkatan Udara yang saya pribadi belum mampu menerka- nerka apa maksudnya. Sekali lagi kami tidak membayar biaya apapun bermodalkan kartu pers, namun tetap saja, kasihan mereka yang sudah menempuh jarak jauh untuk sampai di lokasi ini namun disambut dengan aneka pungutan " biaya retribusi ", entah liar, maupun tidak liar, entah oleh penduduk setempat, maupun oleh oknum AL atau AU.

Siapkan obat- obatan dan P3K selalu, sesuai hasil pengamatan saya tidak terdapat satupun pos terpadu untuk mereka yang menjadi korban kecelakaan didalam lokasi wisata. Obat- obatan sederhana seperti obat diare dan obat demam generik pun cukup langka disini.

Hindari keluar terlalu jauh pada malam hari sendirian karena disamping tidak terdapat lampu penerang jalan pada malam hari, lokasi Ujung Genteng rupanya dikelilingi oleh tenda- tenda remang prostitusi. Mereka yang cantik dan berkulit putih akan menjadi santapan lezat mata yang kelaparan. Dan rekan- rekan kami berusaha berpikiran positif dan menjauhi konflik akan gurauan yang terkadang terlalu kurang ajar untuk didengar.

Seperti yang saya sebutkan, ternyata disepanjang hari di Pantai Ujung Genteng, angin bertiup kering dan dingin meskipun paparan sinar matahari masih cukup panas. Jadi daripada membawa aneka baju lazimnya orang bermain dipantai, selalu untuk menyediakan syal, jaket atau sejenisnya agar tubuh anda tidak menggigil kedinginan. Terutama dimalam hari dan pagi hari ....

Entah kapan saya akan mengunjungi pantai  Ujung Genteng yang indah ini kembali. Saya rasa tidak untuk periode waktu yang cukup dekat. Saya masih ingin mengunjungi bagian lain Indonesia sebelum saya terlalu tua untuk bepergian terlalu jauh dan terlalu lama. Hahahaha ....

Semoga ulasan ini bermanfaat ...


Special thanks for my lovely friends




















































2 komentar:

  1. like it banget deh ..
    cuco blognya ..
    bermanfaat juga :D

    makasih banget informasinya , bermanfaat buat saya
    doakan saya besok akan touring ke UJUNG GENTENG

    BalasHapus
  2. maaf,kalau boleh tahu,itu namanya penginapan apa ya?

    BalasHapus