Wisata di Kepulauan Seribu
Pulau Pari
28 – 29 Desember 2013
Dean Lugisto reached Pulau Pari
Setelah mengunjungi kepulauan Seribu beberapa kali, yaitu Pulau Tidung, P. Pramuka, P. Beras dan P. Air di gugusan Kepulauan Seribu, kali ini saya memberanikan diri
mencoba mengunjungi pulau Pari yang sedang naik daun dan asik diperbincangkan diberbagai
situs backpacker dan forum di Google search.
Berbeda dengan beberapa petualangan saya sebelumnya di
Kepulauan Seribu, kali ini saya mempercayakan keberangkatan dan isi wisata saya
kepada agen travel yang saya temukan di Google search, yaitu Dino Travel.
Kesepakatan ini nantinya berbuah agak kurang menyenangkan, namun bisa dicapai
kesepakatan bersama untuk jalan keluar. Saya akan menjelaskannya kemudian, agar
informasi ini kiranya dapat membantu anda memilah- pilih agen perjalanan ke
Kepulauan Seribu.
Beberapa hari sebelum keberangkatan kami dimulai, banyak
sekali informasi yang masuk dari media massa dan kawan yang menginformasikan
bahwa keadaan cuaca sedang tidak menentu dan tidak bersahabat. Ditambah
beberapa kasus tenggelamnya kapal di bagian timur Indonesia menambah daftar
momok didalam benak pikiran saya. Saya akhirnya memberanikan diri menelepon
beberapa kawan yang bekerja di pusat konservasi di Pulau Pramuka, apa yang
dijelaskannya mungkin akan sangat bermanfaat bagi anda.
Keberangkatan semua kapal nelayan dari Muara Angke ( dermaga
tempat kami berangkat ), rupanya memiliki kepala penanggung jawab khusus. Ini
berita baru bagi saya. Ini artinya berangkat atau tidaknya kapal- kapal
tergantung dari seksi penanggung jawab ini. Mereka menghimpun informasi
langsung dari nelayan yang kembali dari melaut untuk menangkap ikan, serta
bekerja sama pula dengan beberapa lembaga konservasi dan BMKG, informasi ini
akan mereka gunakan untuk memutuskan apakah pada hari tersebut, kapal- kapal
diijinkan menyeberang ke Kepulauan Seribu atau tidak. Sayang, saya lupa
menanyakan perihal seksi penanggung jawab ini di dermaga Muara Angke, saya
keburu senang duluan bahwa liburan saya tidak akan gagal karena cuaca.
Kapal bertolak dari dermaga Muara Angke menuju Pulau Pari
pada pukul 8 pagi tepat. Ini juga hal baru bagi saya yang sudah terbiasa
berlayar menuju Tidung atau Pramuka yang selalu ontime bertolak di pukul 7 pagi
tepat, bahkan pernah pula mereka berangkat jauh lebih cepat sebelum pukul 7
pagi, dikarenakan kapal muatan sudah penuh. Nah, jadi bagi anda yang baru saja
pertama kali ingin menuju Pulau Pari, camkan bahwa jadwal tujuan setiap kapal
menentukan pukul berapa mereka bertolak dari Dermaga Muara Angke ya, jangan
sampai salah perkiraan jam demi kenyamanan anda.
Lega setelah melihat cuaca bersahabat dan mentari cerah
Kapal berlayar selama 2 jam dan tiba ditujuan tanpa kendala
dan ombak yang berarti. Ini kembali mematahkan asumsi mereka yang jarang
berwisata laut, yang mengatakan bahwa bulan Desember adalah bulan terburuk
untuk wisata ke Kepulauan Seribu, saya telah mencobanya 4 kali pada tahun yang
berbeda- beda.
Sesampainya saya dan kawan- kawan ( kami 15 orang dalam satu
kelompok ), kami disambut pihak agen travel Dino Travel yang bernama Bapak
Firman. Kami sampai tepat dipukul 10 pagi, dan langsung diantarkan menuju
tempat penginapan. Masalah timbul setelah terjadi miskomunikasi didalam pihak
agennya sendiri, dan memberikan kami tempat menginap untuk 10 orang saja,
padahal kami ber- 15. Tidak terima dengan hasil keputusan kami harus dipisah
cukup jauh untuk menginap, saya mencoba bernegosiasi alot dengan anak buah
pihak travel tersebut. Kepala agent tempat saya mentransfer uang dan bertanya
lengkap selama saya masih di Jakarta tidak mau mengangkat telepon dari saya
untuk menjelaskan langsung kepada saya mengenai ketidak nyamanan ini. Saya (
kami ) harus membayar lebih, sebanyak Rp. 500.000 untuk bisa mendapatkan wisma
atau penginapan yang berdempetan agar kita semua tidak terpisah. Kami
menginginkan kebersamaan, dan itu harga mati dibenak saya. Harga yang sangat
tidak pantas kami keluarkan karena kesalahan bukan terletak dipihak kami. Nego
alot berlangsung, harga yang disepakati adalah Rp. 200.000 saja. Lumayan.
Jadi, saya punya kesan
negatif yang mendalam terhadap pelayanan Pihak Dino Travel, namun tidak
demikian dengan anak buahnya, Bapak Firman, dan “ Asisten “-nya Mas Oji, yang
sopan dan cukup fair.
Ini adalah foto yang saya ambil persis didepan pintu kamar penginapan
Suasana kamar penginapan. Cukup bersih dan lapang
Antara pukul 10 pagi saat kami tiba,
sampai pukul 01.30 saat kami dijemput untuk snorkling, terdapat jarak waktu
selama 3 jam 30 menit untuk anda gunakan untuk santap siang dan eksplor bebas.
Jangan sia- siakan waktu anda untuk menunggu makanan anda disajikan dan diam
didalam penginapan. Mintalah santap siang anda disediakan selekasnya, lalu anda
dapat bersepeda ( atau berjalan kaki ) menuju tempat favorit saya selama di
Pulau Pari : Pantai Pasir Perawan. Dari dermaga kapal berlabuh, hanya
dibutuhkan waktu 5 menit untuk mencapai ke Pantai ini dengan sepeda, dan 15
menit bagi saya dan sahabat saya, karena berjalan kaki. Waktu sebelum dan
sesudah makan siang adalah momen terbaik untuk mengunjungi pantai ini, tentunya
bagi anda pecinta narsisme dan fotografi, karena matahari sedang terik-
teriknya, jadi pengunjung di tempat ini tidak ramai ( dari pantauan saya saat
itu paling banyak adalah 2 lusin turis ), lagipula, turis kebanyakan
mengunjungi tempat ini dipagi hari untuk menikmati Sunrise, karena terletak di
sebelah Timur Pulau Pari, dan bukan disiang bolong seperti saya. Keindahannya
melipur rasa terik yang menyengat kulit. Worthed.
Pantai Pasir Perawan
Menyempatkan diri berfoto bersama sobat terbaik di Planet Bumi
Pantai Pasir Perawan tempat yang sempurna bagi yang ingin bersantai rileks
Sempatkan berkano untuk mengitari Hutan Manggrove nan cantik disini
Rp. 35.000 untuk satu perahu
( selesai dalam 20 menit )
Puas mengobservasi sekitar, saya dan sobat lantas bergegas kembali untuk menikmati santap siang dan bersiap- siap untuk acara utama kami selama berada diPulau Pari, yakni ber-snorkling.
Santap siang sebelum diantarkan untuk snorkling, makanan dan tempatnya enak
Setelah selasai santap siang, kami
dijemput didermaga untuk snorkling dispot yang pilihannya murni tergantung
cuaca dan kondisi laut. Team kami gagal menuju spot snorkling bernama " Bintang Rama " dikarenakan ombak sedang tinggi dan angin berhembus kencang disana. Sebagai
gantinya kami diantarkan ke Pulau Tikus untuk snorkling disana.
Kesimpulan saya, Pulau Tidung dan Air
memiliki keragaman ikan yang jauh lebih menarik, beragam dan berwarna- warni,
daripada pulau pari yang bernama Spot Pulau Tikus ini, tapi entahlah dengan spot " Bintang Rama ", yang gagal kami kunjungi karena kondisi cuaca.
Berhasil menyembuhkan phobia dua kawan terhadap laut
Selesai kami bersnorkling, kami tidak
lantas pulang untuk mandi dan membersihkan diri, kami langsung diantarkan ke
bagian Barat Pulau Pari untuk melihat Sunset. Jaraknya cukup jauh dan harus
ditempuh menggunakan sepeda, dan itu membutuhkan waktu selama 20-30 menit,
tergantung kemampuan anda bersepeda.
Saya kurang terkesan dengan bagian Barat
dari Pulau Pari,sebab tempat yang digunakan untuk menonton sunset ini hanyalah kepingan beton
bekas dermaga yang hancur akibat gempa ( Informasi ini saya dapatkan dari tour
guide kami Mas Oji ), dan meskipun bagian barat ini termasuk didalam wilayah
konservasi pulau yang dinamakan LIPI, sampah styerofoam bertebaran disepanjang
jalan setapak menuju ke beton yang saya maksud. Disebelah kanan bahu, terdapat
Pulau kecil yang bernama Pulau Tengah, dan kemudian berganti nama menjadi Pulau
Hengky karena dibeli dan dijadikan resort oleh sang empunya yang bernama
Hengky. Pulau Hengky masih dalam tahap pembangunan, mesin berat dan beton
menghiasai pemandangan ketika berjalan setapak menuju ke Sunset. Jauh dari
kesan alam natural yang asri. Saya lantas tidak terkesan, dan mencoba menikmati
sunset yang hampir tiba beberapa menit lagi.
Langsung hitam legam setelah snorkling
Selesai menikmati sunset, kami
bergegas kembali ke penginapan yang memang cukup jauh. Badan sudah lengket
karena air asin snorkling yang belum sempat dibilas.
Kami menikmati keakraban didalam
penginapan sembari menunggu makan malam disajikan. Bisa ditebak, kami makan
dengan amat lahap sambil bersenda gurau. Jam 9 malam, guide kami memulai acara
barbeque dan yah, ikan bakarnya habis kami perkosa beramai- ramai. Hahahaha . .
. .
Mayoritas dari kami memilih tidur
mejelang pukul 12 malam, dan hanya sedikit dari kami yang memilih mengunjungi
Pantai Pasir Perawan untuk melihat- lihat kegiatan apa yang berlangsung disana.
Ada yang masih bermain volly bermodalkan lampu tembak yang memang tersedia di
bibir pantai, ada juga kelompok yang bermain games, sepertinya coaching dari
salah satu perusahaan di Jakarta, ada yang memilih membangun tenda di bibir
pantai dan bermalam disana sambil menunggu sunrise tiba ( hmmm . . . .ide yang
bagus dan layak untuk dicoba ), ada juga yang hanya kumpul- kupul dan bernyanyi
sambil bermain gitar. Kami memilih menangkap ikan- ikan kecil dengan
bermodalkan senter kepala dan tangan kosong untuk melihat ikan nokturnal apa
yang hidup dibagian bibir pantai ini.
Puas melihat- lihat, kamipun berbegas
pulang untuk mulai istirahat dan tertidur pulas. Sunrise nan cantik menjanjikan
panorama indah dalam beberapa jam lagi . . .
Dan inilah hadiah perpisahan dari Pulau Pari sesaat sebelum kami sarapan dan berlayar kembali ke Jakarta, Indah dan takkan terganti . . .
Pulau Pari
Dean Lugisto reached Pulau Pari
Setelah mengunjungi kepulauan Seribu beberapa kali, yaitu Pulau Tidung, P. Pramuka, P. Beras dan P. Air di gugusan Kepulauan Seribu, kali ini saya memberanikan diri
mencoba mengunjungi pulau Pari yang sedang naik daun dan asik diperbincangkan diberbagai
situs backpacker dan forum di Google search.
Lega setelah melihat cuaca bersahabat dan mentari cerah
Ini adalah foto yang saya ambil persis didepan pintu kamar penginapan
Suasana kamar penginapan. Cukup bersih dan lapang
Antara pukul 10 pagi saat kami tiba,
sampai pukul 01.30 saat kami dijemput untuk snorkling, terdapat jarak waktu
selama 3 jam 30 menit untuk anda gunakan untuk santap siang dan eksplor bebas.
Jangan sia- siakan waktu anda untuk menunggu makanan anda disajikan dan diam
didalam penginapan. Mintalah santap siang anda disediakan selekasnya, lalu anda
dapat bersepeda ( atau berjalan kaki ) menuju tempat favorit saya selama di
Pulau Pari : Pantai Pasir Perawan. Dari dermaga kapal berlabuh, hanya
dibutuhkan waktu 5 menit untuk mencapai ke Pantai ini dengan sepeda, dan 15
menit bagi saya dan sahabat saya, karena berjalan kaki. Waktu sebelum dan
sesudah makan siang adalah momen terbaik untuk mengunjungi pantai ini, tentunya
bagi anda pecinta narsisme dan fotografi, karena matahari sedang terik-
teriknya, jadi pengunjung di tempat ini tidak ramai ( dari pantauan saya saat
itu paling banyak adalah 2 lusin turis ), lagipula, turis kebanyakan
mengunjungi tempat ini dipagi hari untuk menikmati Sunrise, karena terletak di
sebelah Timur Pulau Pari, dan bukan disiang bolong seperti saya. Keindahannya
melipur rasa terik yang menyengat kulit. Worthed.
Pantai Pasir Perawan
Menyempatkan diri berfoto bersama sobat terbaik di Planet Bumi
Pantai Pasir Perawan tempat yang sempurna bagi yang ingin bersantai rileks
Sempatkan berkano untuk mengitari Hutan Manggrove nan cantik disini
Rp. 35.000 untuk satu perahu
( selesai dalam 20 menit )
Puas mengobservasi sekitar, saya dan sobat lantas bergegas kembali untuk menikmati santap siang dan bersiap- siap untuk acara utama kami selama berada diPulau Pari, yakni ber-snorkling.
Santap siang sebelum diantarkan untuk snorkling, makanan dan tempatnya enak
Setelah selasai santap siang, kami
dijemput didermaga untuk snorkling dispot yang pilihannya murni tergantung
cuaca dan kondisi laut. Team kami gagal menuju spot snorkling bernama " Bintang Rama " dikarenakan ombak sedang tinggi dan angin berhembus kencang disana. Sebagai
gantinya kami diantarkan ke Pulau Tikus untuk snorkling disana.
Kesimpulan saya, Pulau Tidung dan Air
memiliki keragaman ikan yang jauh lebih menarik, beragam dan berwarna- warni,
daripada pulau pari yang bernama Spot Pulau Tikus ini, tapi entahlah dengan spot " Bintang Rama ", yang gagal kami kunjungi karena kondisi cuaca.
Berhasil menyembuhkan phobia dua kawan terhadap laut
Selesai kami bersnorkling, kami tidak
lantas pulang untuk mandi dan membersihkan diri, kami langsung diantarkan ke
bagian Barat Pulau Pari untuk melihat Sunset. Jaraknya cukup jauh dan harus
ditempuh menggunakan sepeda, dan itu membutuhkan waktu selama 20-30 menit,
tergantung kemampuan anda bersepeda.
Saya kurang terkesan dengan bagian Barat dari Pulau Pari,sebab tempat yang digunakan untuk menonton sunset ini hanyalah kepingan beton bekas dermaga yang hancur akibat gempa ( Informasi ini saya dapatkan dari tour guide kami Mas Oji ), dan meskipun bagian barat ini termasuk didalam wilayah konservasi pulau yang dinamakan LIPI, sampah styerofoam bertebaran disepanjang jalan setapak menuju ke beton yang saya maksud. Disebelah kanan bahu, terdapat Pulau kecil yang bernama Pulau Tengah, dan kemudian berganti nama menjadi Pulau Hengky karena dibeli dan dijadikan resort oleh sang empunya yang bernama Hengky. Pulau Hengky masih dalam tahap pembangunan, mesin berat dan beton menghiasai pemandangan ketika berjalan setapak menuju ke Sunset. Jauh dari kesan alam natural yang asri. Saya lantas tidak terkesan, dan mencoba menikmati sunset yang hampir tiba beberapa menit lagi.
Langsung hitam legam setelah snorkling
Selesai menikmati sunset, kami
bergegas kembali ke penginapan yang memang cukup jauh. Badan sudah lengket
karena air asin snorkling yang belum sempat dibilas.
Kami menikmati keakraban didalam
penginapan sembari menunggu makan malam disajikan. Bisa ditebak, kami makan
dengan amat lahap sambil bersenda gurau. Jam 9 malam, guide kami memulai acara
barbeque dan yah, ikan bakarnya habis kami perkosa beramai- ramai. Hahahaha . .
. .
Mayoritas dari kami memilih tidur
mejelang pukul 12 malam, dan hanya sedikit dari kami yang memilih mengunjungi
Pantai Pasir Perawan untuk melihat- lihat kegiatan apa yang berlangsung disana.
Ada yang masih bermain volly bermodalkan lampu tembak yang memang tersedia di
bibir pantai, ada juga kelompok yang bermain games, sepertinya coaching dari
salah satu perusahaan di Jakarta, ada yang memilih membangun tenda di bibir
pantai dan bermalam disana sambil menunggu sunrise tiba ( hmmm . . . .ide yang
bagus dan layak untuk dicoba ), ada juga yang hanya kumpul- kupul dan bernyanyi
sambil bermain gitar. Kami memilih menangkap ikan- ikan kecil dengan
bermodalkan senter kepala dan tangan kosong untuk melihat ikan nokturnal apa
yang hidup dibagian bibir pantai ini.
Puas melihat- lihat, kamipun berbegas
pulang untuk mulai istirahat dan tertidur pulas. Sunrise nan cantik menjanjikan
panorama indah dalam beberapa jam lagi . . .
Dan inilah hadiah perpisahan dari Pulau Pari sesaat sebelum kami sarapan dan berlayar kembali ke Jakarta, Indah dan takkan terganti . . .
Dan inilah hadiah perpisahan dari Pulau Pari sesaat sebelum kami sarapan dan berlayar kembali ke Jakarta, Indah dan takkan terganti . . .
pagi mas
BalasHapusmasih punya CP orang di P. Pari untuk penginapan dll tapi bukan travel agent
u.one_iwan@yahoo.co.id
081314201856
trima kasih
Akan lekas saya cari sesampainya saya dirumah, saya sekarang tengah berada diluar kota. Kapan anda berencana berangkat kesana?
BalasHapusrencana saya juga mau ke tidung bulan oktober menggunakan jasa agen dino travel. tp setelah saya cari info di gogle ternyata dino travel ada 2 website, masing2 beda orang. Dan mas dean sendiri memakai dino travel yg mana? boleh minta alamat websitenya atau bbm nya dino travel?
BalasHapusMakasih atas jawabannya
Bagus nih pulau pari
BalasHapuspariwisata Indonesia